Monday, August 22, 2022

Pekan perayaan Kemerdekaan Indonesia di SMK Teknik 10 Nopember #77thnIndonesia

 


SMK Teknik 10 Nopember


Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Salam sejahtera buat kita semua

Para pembaca yang Budiman, hari ini tulisan saya mengenai kegiatan di sekolah, tepatnya kegiatan di SMK Teknik 10 Nopember, pada pekan ini mulai tanggal 22 sampai tanggal 24 Agustus 2022 ada pekan perayaan HUT RI yang ke 77 tahun di SMK Teknik 10 Nopember.



SMK Teknik 10 Nopember merupakan salah satu sekolah swasta yang berdiri dari tahun 2007 di wilayah Kecamatan Kramat Jati Jakarta timur, dari segi umur memang SMK Teknik 10 Nopember masih muda menurut Kepala Sekolah Bapak Taryoto, S.Pd. masih menurut beliau SMK Teknik 10 Nopember yang baru berumur kurang lebih 16 tahun akan tetapi kata beliau kita tetap mencoba untuk selalu berkembang kearah yang lebih baik lagi.


Setiap peringatan hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dimana saja termasuk di SMK Teknik 10 Nopember sangat meriah, apalagi kita sudah kurang lebih 3 tahun tidak melaksanakan kegiatan perayaan peringatan 17 agustusan yang disebabkan oleh wabah penyakit Covid-19. Beliau menunjuk langsung penanggung jawab kegiatan Pekan Perayaan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke 77 yaitu Ibu Septi Wulandari. Ibu Septi Wulandari merencanakan beberapa kegiatan dalam rangka memeriahkan acara tersebut bersama para pengurus OSIS dengan ketua OSIS si cantik jelita Siti Rahmawati dari kelas 12 B.Menurut Ibu Septi Wulandari kegiatan pekan perayaan HUT RI yang ke 77 di SMK Teknik 10 Nopember di mulai hari ini tanggal 22 Agustus tahun 2022 sampai satu pekan kemudian, walapun secara jadwal sampai tanggal 24 agustus tetapi menurut beliau nanti ada semacam tasyakuran atau makan bersama.

https://www.kompasiana.com/ahmadfatch7055/6302eaf05c392b6f20652f22/pekan-perayan-kemerdekaan-indonesia-di-sm

Kreator: Ahmad Fatch



Thursday, September 24, 2020

Selimut Ilusi

Malam berselimut ilusi hampa

Rekomendasi asa menyelinap di jiwa

Bertabur gejolak serpihan misteri

 

Aku: mengeja erat tanpa batas

Kamu : menguji erat tanpa kata

 

Semilir angin menyelimuti malamku

Hempasan menerpa pecahan kata

Untaian kata berperan ganda

Biarlah usang dengan jalannya

 


Thursday, August 29, 2019

Algoritma Kalkulator Sederhana

ALGORITMA Kalkulator Sederhana

[ Algoritma kalkulator untuk menghitung 2 buah bilangan dengan perintah ( + ), ( – ), ( / ), ( x ) ]

Deklarasi

Bil1 : real { variabel bilangan pertama }

Bil2 : real { variabel bilangan kedua }

Hasil : real { variabel untuk menampung hasil perhitungan }

Pilih : integar { variabel untuk pilihan operator }

Algoritma

Read(bil1,bil2) { memasukkan bilangan – bilangan yang akan dihitung }

{ mencetak menu operator }

Write(‘Menu Operator’)

Write(‘1. Penambahan’)

Write(‘2. Pengurangan’)

Write(‘3. Pembagian’)

Write(‘4. Perkalian’)

Read(pilih) ( meminta masukkan pilihan operator)

{menguji pilihan yang dimasukkan}

Depend On pilih

1: hasil <– bil1 + bil2

2: hasil <– bil1 – bil2

3: hasil <– bil1 / bil2

4: hasil <– bil1 x bil2

EndDepend

Write(hasil) {mencetak hasil perhitungan}

Peranan Kerajaan Gowa Dalam Perniagaan Abad ke XVII


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Perdagangan tidak terlepas dari interaksi para pelakunya, perorangan maupun antar kelompok. Kota Makassar adalah kota pelabuhan dan perdagangan, karena letaknya yang strategis, menjadikan Makassar ramai dikunjungi nelayan dan pedagang yang mengikuti pelayaran lokal ataupun yang ingin menuju ke kawasan Asia Pasifik dan Eropa. Karena mempunyai letak yang strategis juga Makassar menjadi sesuatu yang dipertikaikan untuk kepentingan bangsa-bangsa yang ingin menguasai perdagangan.
Dunia mengenal Sulawesi Selatan atas keberhasilannya yang gemilang dalam menghadapi tantangan kapitalisme dan imperalisme di masa silam. Selama setengah abad sebelum tahun 1660, Makassar dengan gagah berani mempertahankan prinsip kebebasan di laut melawan rencana monopoli Maskapai Dagang Hindia Belanda ( VOC ). Satu masa perubahan besar- besaran di Sulawesi Selatan tumbuhnya kota dan kerajaan Makassar sebelum 1660 memberi cahaya terang tentang sifat-sifat pertumbuhan tradisi budaya ini, yang memungkinkan orang-orang Makassar menanggapi secara positif akan tuntutan perubahan. Di sini akan diuraikan beberapa watak orang Makassar dan kondisi sosio-kultural yang mendorong Makassar tumbuh menjadi sebuah kekuatan besar pada abad 17.
Sejak awal abad ke-17, makassar menjadi titik komersial, sebagai basis bagi semua pihak yang sedang mencari jalan untuk menghindari usaha VOC memonopoli perdagangan rempah di Maluku. Bangsa Portugis mulai sering mengunjungi kota ini sejak dekade awal abad ke-17. Bangsa Inggris mendirikan sebuah kantor dagang pada tahun 1613, dan membangun hubungan khusus pada tahun 1630-an sebagai penyuplai senjata dan amunisi, serta kain india. Kemudian Bangsa Denmark mengikuti jejak mereka pada tahun 1618, pedagang Perancis dari St. Malo tiba pada tahun 1622, pedagang China mulai kerap menyambangi kota ini pada tahun 1619, bahkan pada tahun 1650-an ada sebuah perwakilan tetap kerajaan Golconda dari India Selatan. Selain perdagangan utama menyediakan rempah kepada pembeli dari Eropa, India, dan China, Makassar menjadi salah satu pintu masuk Asia Tenggara dimana barang-barang China dan perak meksiko bisa dipertukarkan satu sama lain dan dengan kain India.
Awalnya Makassar membuka diri dan memberlakukan semua pedagang asing dengan sama. Namun, pertengkaran antara Portugis, Belanda, dan Inggris membuat kebijakan terbuka ini sulit dipertahankan. Ketika VOC membuka kantor dagang (loji) di Makassar (1607-1615), berbagai tuntutan untuk memutuskan hubungan dagang dengan Portugis terus muncul. Untuk menjawab tuntutan-tuntutan semacam ini, Sultan Alaudin mengelurkan pernyataan terkenalnya “Tuhan menciptakan darat dan laut, daratan dibagikannya di antara manusia dan laut diberikan-Nya kepada semua orang. Belum pernah saya mendengar seseorang harus dilarang melayari lautan.” (Reid,  2014: 44)
Tahun 1672, pimpinan Maskapai Dagang Inggris menuntut agar diambil tindakan yang lebih keras terhadap orang Portugis. Namun, Sir Hawley kuasa dagang Inggris setempat memaparkan:
“Sang Raja menghendaki agar keduanya [Inggris dan Portugis] sama-sama bebas di pelabuhan Makassar, namun karena segan mengusik salah satu di antara keduanya, dan kebaikannya terhadap Inggris tak pernah luntur, seakan tidak ada lagi pemimpin politik Eropa yang dapat melebihinya. Akan tetapi negerinya pun sangat memerlukan pasokan barang dari orang-orang Portugis, sehingga hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah berdiri di tengah-tengah dan tidak akan saling mengganggu di pelabuhan sang raja, namun begitu, meninggalkan pantai Sulawesi kita akan berjuang mati-matian melawan mereka.” (Reid, 2014: 368).

Kebijakan pintu terbuka ini bisa dipandang tak lebih dari sekedar sikap pragmatis tehadap kebutuhan perdagangan Makassar. Namun, kebijakan ini disertai dengan kesediaan yang unik untuk mengadopsi ide-ide segar yang dianggap bermanfaat. Makassar beralih dari satu keberhasilan ke keberhasilan lain, tidak hanya dalam soal penaklukan tetapi juga dalam inovasi teknik dan intelektual.
B.        Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Perdagangan di sepanjang wilayah Nusantara pada awal abad ke-17
2.      Situasi sosial dan ekonomi di Makassar pada abad ke-17
3.      Kebijakan penguasa Makassar terhadap kegiatan pelayaran dan perdagaangan di Makassar
4.      Pedagang-pedagang Eropa, China, hingga Timur Tengah di wilayah Makassar
5.      Perseteruan ekonomi dan politik dengan kongsi dagang VOC.
C.       Pembatasan Masalah
       Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka pembatasan masalah dalam skripsi ini, berkaitan dengan Peranan Kerajaan Gowa Dalam Perniagaan Pada Abab ke-XVII.
D.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana situasi sosial dan ekonomi Makassar pada awal abad ke-17 ?
2.      Bagaimana penerapan kebijakan oleh para elite bangsawan Makassar terhadap kegiatan perniagaan di Makassar abad ke-17 ?
3.      Bagaimana perkembangan lanjutan perdagangan dan perniagaan di Makassar hingga awal masa penguasaan VOC ?
E.        Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, antara lain :
1.      Untuk menjabarkan situasi sosial dan ekonomi Makassar pada awal abad ke-17.
2.      Untuk menjabarkan penerapan kebijakan oleh para elite bangsawan Makassar terhadap kegiatan perniagaan di Makassar abad ke-17.
3.      Untuk mendeskripsikan perkembangan lanjutan perdagangan dan perniagaan di Makassar hingga awal masa penguasaan VOC.
F.     Kegunaan Penelitian
Diharapkan bahwa hasil penelitian dapat memberikan gambaran dan tambahan informasi atau sebagai salah satu sumber alternatif  yang dapat digunakan oleh para mahasiswa /i sejarah.
1.      Dengan adanya penelitian diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa/i  sejarah berkaitan dengan perkembangan kehidupan ekonomi dan maritim Indonesia.
2.      Bahwa mengingat keterbatasan sumber-sumber sejarah terutama dalam bentuk buku-buku maka dengan hasil penelitian diharapkan memberikan sumber inpirasi dan motivasi bagi penelitian atau mahasiswa sejarah untuk tertarik lagi kepada studi tersebut.
G.    Sistematika Penulisan
Bab I        : PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan secara keseluruhan tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II       : LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN
Bab ini dibahas tentang tinjauan pustaka tentang sejarah militer, pengertian peran, serta beberapa penelitian yang relevan.

Bab III     : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metodologi penelitian. Didalamnya akan membahas mengenai waktu dan tempat penelitian, metode sejarah Heuristik,Verifikasi,Intrpretasi, Historiografi, dan sumber sejarah dari penelitian ini.
Bab IV     : PEMBAHASAN PENELITIAN
Bab selanjutnya yakni hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan deskripsi informasi hasil penelitian dan deskripsi temuan penelitian.
Bab V       : PENUTUP
Dalam bab ini  berisi tentang simpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Tuesday, September 26, 2017

Masuknya Agama islam di Sulawesi



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.
Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

B.       Perumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah masuknya Awal Islam Sulawesi
2.      Bagaimana Kerajaan Islam di Sulawesi
3.      Bagaimana Peninggalan sejarah islam di Sulawesi
4.      Bagaimana Kedatangan  Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar

C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Sejarah masuknya Awal Islam Sulawesi
2.      Untuk mengetahui Kerajaan Islam di Sulawesi
3.      Untuk Mengetahui Peninggalan sejarah islam di Sulawesi
4.      Untuk mengetahui Bagaimana Kedatangan  Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Awal Islam Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar.
Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603. Sebelumnya, dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang bernama Tonigallo dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam. Namun Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa kerajaannya akan di bawah pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin begitu terkenal karena pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal, Datuk ri Bandang, datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari nama para ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubaligh asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar.
Pusat-pusat dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.

B.       Kerajaan Islam di Sulawesi
Pada abad ke 15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, diantaranya dari suku bangsa Makasar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone, Soppeng dan Wajo). 2 kerajaan yang memiliki hubungan baik yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Ibu kota kerajaannya adalah Gowa yang sekarang menjadi Makasar. Kerajaan ini pada abad ke 16 sudah menjadi daerah islam. Masuk dan berkembangnya Islam di Makasar atas juga datuk Ribandang (Ulama adat Minangkabau). Secara resmi kerajaan Gowa Islam berdiri pada tahun 1605 M.
Raja-raja yang terkenal diantaranya :
1.    Sultan Alaudin (1605-1639 M) raja pertama Islam di Gowa-Tallo. Kerajaan ini adalah negara maritim yang terkenal dengan perahu-perahu layarnya dengan jenis Pinisi dan lImbo. Pada masa Sultan Alaudin berkuasa, Islam mengalami perkembangan pesat yang daerah kekuasaannya hampir mencakup seluruh daerah Sulawesi. Ia wafat pada tahun 1939 M, setelah menjadi raja selama 34 tahun dan digantikan putranya yang bernama Muhammad Said.
2.    Muhammad Said (1639-1653 M). Raja ini berkuasa selama 14 tahun.
3.    Sultan hasanuddin (1653-1669 M). Sultan ini sebagai pengganti dari Muhammad Saed. Pada masa Sultan hasanuddin berkuasa, Gowa – Tallo mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sampai ke pulau Selayar, Butung, Sumbawa dan Lombok. Ia berkuasa selama 16 Tahun.

C.      Peninggalan sejarah islam di Sulawesi
1.      Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang)

Batu petantikan raja (hatu pallantikang) terletak di sebelah tenggara kompleks makam Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru Gowa-Tallo di sumpah di atas batu ini (Wolhof dan Abdurrahim, tt : 67). Batu pallantikang sesungguhnya merupakan batu alami tanpa pem¬bentukan, terdiri dari satu batu andesit yang diapit 2 batu kapur. Batu andesit merupakan pusat pemujaan yang tetap disakralkan masyarakat sampai sekarang. Pe-mujaan penduduk terhadap ditandai dengan banyaknya sajian di atas batu ini. Mereka meyakini bahwa batu tersebut adalah batu dewa dari kayangan yang bertuah


2.      Mesjid Katangka

 



Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh: [a] Sultan Mahmud (1818); [b] Kadi Ibrahim (1921); [c] Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948); dan [d] Andi Baso, Pabbicarabutta GoWa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.
Yang masih menarik adalah ukuran tebal tembok kurang lebih 90 cm, hiasan sulur-suluran dan bentuk mimbar yang terbuat dari kayu menyerupai singgasana dengan sandaran tangan. Hiasan makhuk di samarkan agar tidak tampak realistik. Pada ruang tengah terdapat empat tiang soko guru yang mendukung konstruksi bertingkat di atasnya. Mimbar dipasang permanen dan diplaster. Pada pintu masuk dan mihrab terdapat tulisan Arab dalam babasa Makassar yang menyebutkan pemugaran yang dilakukan Karaeng Katangka pada tahun 1300 Hijriah.







3.      Makam Syekh Yusuf





Kompleks makam ini terletak pada dataran rendah Lakiung di sebelah barat Mésjid Katangka. Di dalam kompleks ini terdapat 4 buah cungkup dan sejumlah makam biasa. Makam Syekh Yusuf terdapat di dalam cungkup terbesar, berbentuk bujur sangkar Pintu masuk terletak di sisi Selatan. Puncak cungkup berhias keramik. Makam ini merupakan makam kedua. Ketika wafat di pengasingan, Kaap, tanggal 23 Mei 1699, beliau di¬makamkan untuk pertama kalinya di Faure, Afrika Selatan. Raja Gowa meminta kepada pemerintah Belanda agar jasad Syekh Yusuf dipulangkan dan dimakamkan di Gowa. Lima tahun sesudah wafat (1704) baru per¬mintaan tersebut dikabulkan. Jasadnya dibawa pulang bersama keluarga dengan kapal de Spiegel yang berlayar langsung dan Kaap ke Gowa. Pada tanggal 6 April 1705, tulang kerangka Syekh Yusuf dimakamkan dengan upacara adat pemakaman bangsawan di Lakiung. Di atas makamnya dibangun kubah yang disebut kobbanga oleh orang Makassar.
Makam Syekh Yusuf mempunyai dua nisan tipe Makassar, terbuat dari batu alam yang permukaannya sangat mengkilap. Hal ini dapat terjadi karena para peziarah selalu menyiramnya dengan minyak kelapa atau semacamnya. Sampai sekarang peziarah masih sangat ramai mengunjungi tokoh ulama (panrita)dan intelektual (tulnangngasseng) yang banyak berperan dalam perkembangan dan kejayaan kerajaan Gowa-Tallo abad pertengahan.
Dalam lontarak "Riwayakna Tuanta Salamaka ri Gowa7, Syekh Yusuf dianggap Nabi Kaidir (Abu Hamid, 1994: 85). la tokoh yang memiliki keistimewaan, seperti berjalan tanpa berpijak di tanah. Dalam usia belia ia sudah tamat mempelajari kitab fiqih dan tauhid. Guru tarekat Naqsabandiayah, Syattariyah, Ba'alaniiyah, dan Qa¬driyah. Wawasan sufistiknya tidak pernah menyinggung pertentangan antara Hamzah Fanzuri yang me-ngembangkan ajaran Wujudiyah dan Syekh Nuruddin ar-Raniri.
4.      Benteng Tallo



Benteng Tallo terletak di muara sungai Tallo. Benteng dibangun dengan menggunakan bahan batu bata, batu padas/batu pasir, dan batu kurang. Luas benteng diper¬kirakan 2 kilometer Bardasarkan temuan fondasi dan susunan benteng yang masih tersisa, tebal dinding benteng diperkirakan mencapai 260 cm.

Akibat perjanjian Bongaya (1667) benteng dihancurkan. Sekarang, sisa-sisa benteng dan bekas aktivitas berserakan. Beberapa bekas fondasi, sudut benteng (bas¬tion) dan batu merah yang tersisa sering dimanfaatkan penduduk untuk berbagai keperluan darurat, sehingga tidak tampak lagi bentuk aslinya. Fondasi itu mengelilingi pemukiman dan makam raja-raja Tallo.

D.      Kedatangan  Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar
Bardasarkan sumber-sumber yang telah ditemukan, dapat dikatakan bahwa  gelombang  emigran  orang-orang Bugis Makassar  ke Semenangjung Melayu melalui tiga priode. , Pertama  berlangsung pada masa  sebelum  kawasan Sulawesi Selatan memasuki  proses Islamisasi. Mereka itu sudah tersebar di berbagai tempat semenangjung  Sumatra, Malaka dan Kalimantan yang menghubungkan kawasan-kawasan itu dengan rute  perdagangan dengan Pusat Melaka, Kelompok Bugis pada masa itu belum membentuk dirinya dalam suatu kekuatan militer, mereka umumnya masih hidup dalam kelompok-kelompok kecil  sebagai pedagang antar pulau dan sebagai nelayan. Itulah sebabnya mereka pada umumnya tinggal di kawasan pantai  mereka dapat dikatakan kelompok  the sea men atau orang laut.
Gelombang  kedua terjadi padamasa proses Islamisasi  sedang berlangsung di Sulawesi Selatan. Masa berlangsung Islamisasi itu berkaitan erat  dengan gerakan politik yang si lancarkan Kerajaan Gowa  dan sekutu-sekutunya untuk menundukkan  kwasan-kawasan yang belum masuk Islam  dan sampai Islam diterima masyarakat setempat  konflik politik juga masih berlangsung.
Gelombang ketiga berlangsung setelah  kerajaan Gowa dan Wajo jatuh di tangan VOC . Masa inilah merupakan periode yang paling  banyak terjadi perpindahan orang-orang Bugis Makassar kesemenagjung Melayu.  Perpindahan yang terjadi dalam gelombang ini  berbentuk kelompok yang besar . Mereka tidak saja terdiri dari  masyarakat lapisan bawah  tatapi apat dikatakan terdiri dari  smua lapisan sosial
Dari ketiga gelombang yang disebutkan di atas,  gelombang terkhir inilah yang paling menarik,  masalahnya adalah karena faktor pemindahan  berkaitan erat dengan  akibat langsung peperangan  yang terjadi di kawasan Sulawesi Selatan. Orang-orang Bugis Makassar  yang termasuk ke dalam  gelombang yang terakhir ini  dipimpin langsung oleh kelompok bangsawan. Dengan sisa-sisa kekuatan militer  dan kekayaan yang mereka miliki  kelompok bangsawan ini mengikuti pengikut pengikutnya  atau rakyat yang meninggalkan  kampung halamannya untuk merantau dengan tujuan  utamanya untuk melanjutkan  perjuangan melawan kekuasaan Belanda.Perjuangan dalam melawan kekuasaan Belanda  itu dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan melakukan gangguan pada rute perdagangan atau  pelayaran Belanda di Selat Makassar, pantai Ambon dan di Selat Malaka  pantau Kaliman tan yang starategis dan Kepulauan Riau. Tindakan mereka dikaitkan dengan  “bajak laut”
Sejak kedatangan orang-orang Melayu di kerajaan Makassar (Kerajaan Gowa) peranannya tidak hanya dalam perdagangan dan penyebaran agama, tetapi juga dalam kegiatan sosial budaya. Peranan orang-orang Melayu di Kerajaan  Gowa misalnya, menyebabkan Raja Gowa ke XII, Mangarai Daeng Pamatte Karaeng Tunijallo membangun sebuah Mesjid di Kampung Mangallekana untuk kepentingan para saudagar Melayu agar mereka betah tinggal di Makassar, sekalipun ia sendiri belum beragama Islam. Adanya perkampungan para saudagara Melayu itu  membuat struktur kekuasaan Kerajaan Gowa  dibantu juga oleh orang-orang Melayu dan  memegang peranan penting di Istana Kerajaan Gowa. Hal itu dapat ditemukan dalam untaian kalimat  sebagai berikut:
‘Kamilah orang-orang Melayu yang mengajar anak negeri duduk berhadap hadapan dalam pertemuan adat, mengajar menggunakan keris panjang yang disebut tatarapang, tata cara berpakaian dan berbagai hiasan untuk para anak bangsawan
Dalam periode tahun .1546-1565 pada masa raja Gowa ke 10, seorang keturunan Melayu berdarah campuran Bajo yang amat terkemuka bernama I Mangambari Kare Mangaweang, yang juga dikenal dengan nama I Daeng Ri Mangallekana diangkat sebagai sahbandar ke II Kerajaan Gowa, sejak saat itu secara turun temurun jabatan Sahbandar berturut-turut dipegang oleh orang Melayu sampai dengan Sahbandar Ince Husein, Sahbandar terakhir th 1669 ketika kerajaan Gowa mengalami kekalahan perang melawan VOC.
           Jabatan penting lainnya ialah juru tulis istana dijabat pula oleh orang-orang Melayu Incik Amin, juru tulis istana di zaman Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke XVI (1653-1669) adalah juru tulis istana yang terakhir dan amat terkenal di zaman kebesaran Kerajaan Gowa. Sebuah karya tulisnya yang amat indah berjudul : Syair Perang Makassar” mengisahkan saat-saat terakhir kerajaan Gowa tahun 1669.
Salah satu sumbangan utama orang-orang Melayu di Indonesia Timur, khususnya di Sulawesi ialah upayanya dalam menyebarkan Agama Islam dan penyebaran  dan penyebaran Kebudayaan Melayu di Sulawesi. Pada tahun 1632 Rombongan Migran Melayu dari Patani tiba di Makassar. Rombongan besar ini dipimpin oleh seorang bangsawan Melayu dari Patani bernama Datuk Maharajalela  Turut serta dengannya kemanakannya suami istri yang bergelar
Datuk Paduka Raja bersama istrinya yang bergelar Putri Senapati, Raja Gowa memberinya tempat di sebelah selatan Somba Opu, Ibu Kota Kerajaan Gowa, karena disana telah berdiri Perkampungan Melayu asal Patani. Sejak saat itu Salajo diganti menjadi kampung Patani, hingga sekarang.