Wednesday, March 2, 2016

Perang Vietnam

Perang Vietnam, juga disebut Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin.
Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan USSR dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang merupakan negara komunis.
Jumlah korban yang meninggal diperkirakan adalah 280.000 di pihak Selatan dan 1.000.000 di pihak Utara.
Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan komunitas Vietnam yang cukup besar.
Setalah berakhirnya perang ini, kedua Vietnam tersebut pun bersatu pada tahun 1976.
Salah satu korban paling terkenal dari Perang Vietnam adalah Kim Phuc


Latar Belakang


Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan pada tahun 938. Setelah bebas dari belenggu penjajahan Tiongkok, Vietnam tidak berhenti menentang serangan pihak asing.
Pada abad ke-19, Vietnam menjadi wilayah jajahan Perancis. Perancis menguasai Vietnam setelah melakukan beberapa perang kolonial di Indochina mulai dari tahun 1840-an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi kebangkitan Britania Raya dan kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-rempah untuk menggerakkan industri di Perancis untuk menyaingi penguasaan industri Britania Raya.
Semasa pemerintahan Perancis, golongan rakyat Vietnam dibakar semangat nasionalisme dan ingin kemerdekaan dari Perancis. Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok-kelompok nasionalis, tetapi usaha mereka gagal. Pada tahun 1919, semasa Perjanjian Versailles dirundingkan, Ho Chi Minh meminta untuk bersama-sama membuat perundingan agar Vietnam dapat merdeka. Permintaannya ditolak dan Vietnam dan seluruh Indochina terus menjadi jajahan Perancis.

Kelompok Viet Minh akhirnya mendapat dukungan populer dan berhasil mengusir Perancis dari Vietnam. Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai oleh Jepang. Pemerintah Perancis Vichy bekerjasama dengan Jepang yang mengantar tentara ke Indochina sebagai pasukan yang berkuasa secara de facto di kawasan tersebut. Pemerintah Perancis Vichy tetap menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai tahun 1944 ketika Perancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu menaklukan Perancis dan jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai pemimpin Perancis.
Setelah pemerintah Perancis Vichy tumbang, pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan pergerakan nasionalis di kalangan rakyat Vietnam. Pada akhir Perang Dunia II, Vietnam diberikan kemerdekaan oleh pihak Jepang. Ho Chí Minh kembali ke Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh kekuasaan asing. Ia menerima bantuan kelompok OSS (yang akan berubah menjadi CIA nantinya).
Pada akhir Perang Dunia II, pergerakan Viet Minh di bawah pimpinan Ho Chí Minh berhasil membebaskan Vietnam dari tangan penjajah, tetapi keberhasilan itu hanya untuk masa yang singkat saja. Pihak Jepang menangkap pemerintah Perancis dan memberikan Vietnam satu bentuk “kemerdekaan” sebagai sebagian dari rancangan Jepang untuk “membebaskan” bumi Asia dari penjajahan barat. Banyak bangunan diserahkan kepada kelompok-kelompok nasionalis.



 


 Tahukah Anda?
Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Administrasi Veteran, sekitar 500.000 dari 3 juta tentara yang bertugas di Vietnam menderita gangguan stres pasca-trauma, dan tingkat perceraian, bunuh diri, alkoholisme dan kecanduan obat yang nyata lebih tinggi di antara veteran.

Mencari untuk mendapatkan kembali kontrol dari daerah, Prancis didukung Bao dan mendirikan negara Vietnam (Vietnam Selatan) pada bulan Juli 1949, dengan Saigon sebagai ibukotanya. Konflik bersenjata terus sampai pertempuran yang menentukan di Dien Bien Phu Mei 1954 berakhir dengan kekalahan Perancis oleh pasukan Viet Minh. Negosiasi perjanjian berikutnya di Jenewa membagi Vietnam sepanjang lintang dikenal sebagai paralel ke-17 (dengan Ho dalam kontrol di Utara dan Bao di Selatan) dan menyerukan pemilihan umum nasional untuk reunifikasi yang akan diadakan pada tahun 1956. Pada tahun 1955, bagaimanapun, sangat anti-komunis Ngo Dinh Diem mendorong Bao untuk menjadi presiden Pemerintah Republik Vietnam (GVN).

Perang Vietnam: Intervensi AS Dimulai
Dengan intensifikasi Perang Dingin, Amerika Serikat mengeras kebijakannya terhadap sekutu Uni Soviet, dan oleh 1955 Presiden Dwight D. Eisenhower telah menjanjikan dukungan kuat untuk Diem dan Vietnam Selatan. Dengan pelatihan dan peralatan dari militer dan polisi Amerika, pasukan keamanan Diem ini menindak simpatisan Viet Minh di selatan, yang ia mengejek dengan sebutan Viet Cong (atau Komunis Vietnam), menangkap beberapa 100.000 orang, banyak dari mereka disiksa dan dieksekusi. Pada tahun 1957, Viet Cong dan penentang rezim represif Diem mulai berjuang kembali dengan serangan terhadap pejabat pemerintah dan target lainnya, dan oleh 1959 mereka mulai terlibat pasukan Angkatan Darat Vietnam Selatan saling tembak-menembak.

Pada bulan Desember 1960, komunis dan non-komunis-membentuk Front Pembebasan Nasional (NLF) untuk mengatur perlawanan terhadap rezim.
Meskipun NLF diklaim otonom dan bahwa sebagian besar anggotanya adalah non-komunis, banyak di Washington menganggap itu adalah boneka Hanoi. Sebuah tim yang dikirim oleh Presiden John F. Kennedy pada tahun 1961 untuk melaporkan kondisi di Vietnam Selatan disarankan penumpukan militer Amerika, bantuan ekonomi dan teknis untuk membantu menghadapi ancaman Viet Cong. Bekerja di bawah "teori domino", yang menyatakan bahwa jika salah satu negara di Asia Tenggara jatuh ke komunisme, banyak yang akan mengikuti, Kennedy meningkat bantuan dari AS, meskipun ia berhenti melakukan untuk intervensi militer skala besar. Pada tahun 1962, kehadiran militer AS di Vietnam Selatan telah mencapai sekitar 9.000 tentara, dibandingkan dengan kurang dari 800 pada tahun 1950-an.

Perang Vietnam meningkat
Sebuah kudeta oleh beberapa jenderalnya sendiri berhasil menjatuhkan dan membunuh Diem dan saudaranya, Ngo Dinh Nhu, pada bulan November 1963, tiga minggu sebelum Kennedy dibunuh di Dallas, Texas. Berikutnya ketidakstabilan politik di Vietnam Selatan membujuk pengganti Kennedy, Lyndon B. Johnson, dan Menteri Pertahanan Robert McNamara untuk lebih meningkatkan dukungan militer AS dan ekonomi. Pada bulan Agustus, setelah DRV torpedo kapal menyerang dua kapal perusak AS di Teluk Tonkin, Johnson memerintahkan pemboman balasan dari target militer di Vietnam Utara. Kongres segera berlalu Teluk Tonkin Resolusi, yang memberi Johnson sepenuhnya untuk kekuasaan pengambilan tindakan perang, dan pesawat AS mulai serangan bom biasa, dengan nama sandi Operation Rolling Thunder, Februari berikut.

Pada bulan Maret tahun 1965, Johnson membuat keputusan-dengan dukungan yang solid dari Amerika publik untuk mengirim pasukan tempur AS dalam pertempuran di Vietnam. Pada bulan Juni, 82.000 pasukan tempur yang ditempatkan di Vietnam, dan General William Westmoreland itu menyerukan 175.000 lebih pada akhir tahun 1965 untuk menopang tentara Vietnam Selatan berjuang. Meskipun kekhawatiran dari beberapa penasihatnya tentang eskalasi ini, dan sekitar upaya perang seluruh serta gerakan anti-perang yang tumbuh di AS, Johnson resmi pengiriman segera 100.000 tentara pada akhir Juli 1965 dan 100.000 lainnya pada tahun 1966. Selain Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia dan Selandia Baru juga berkomitmen pasukan untuk berperang di Vietnam Selatan (meskipun pada skala yang lebih kecil).

Strategi Gesekan di Vietnam
Berbeda dengan serangan udara pada Vietnam Utara, upaya perang Vietnam selatan berperang melalui darat, sebagian besar di bawah komando Jenderal Westmoreland, dalam koordinasi dengan pemerintahan Jenderal Nguyen Van Thieu di Saigon. Secara umum, pasukan militer AS di wilayah itu menerapkan kebijakan gesekan, yang bertujuan untuk membunuh banyak tentara musuh sebanyak mungkin daripada mencoba untuk mengamankan wilayah. Pada 1966, salah satu daerah Vietnam Selatan telah ditetapkan sebagai "zona bebas tembakan," dari mana semua warga sipil tak berdosa seharusnya telah dievakuasi dan hanya musuh tetap disana. Pemboman oleh B-52 pesawat atau penembakan dibuat zona layak huni, sebagai pengungsi ditempatkan di dalam kamp-kamp di daerah aman yang ditetapkan di dekat Saigon dan kota-kota lainnya. Bahkan sebagai jumlah tubuh (pada waktu dibesar-besarkan oleh pihak berwenang AS dan Vietnam Selatan) dipasang terus, Pasukan DRV dan Viet Cong menolak untuk menghentikan pertempuran, didorong oleh fakta bahwa mereka dapat dengan mudah menempati kembali wilayah yang hilang. Sementara itu, didukung oleh bantuan dari Cina dan Uni Soviet, Vietnam Utara memperkuat pertahanan udara.

Pada bulan November 1967, jumlah pasukan Amerika di Vietnam mendekati 500.000, dan korban AS telah mencapai 15.058 tewas dan 109.527 luka-luka. Sebagai perang membentang, dan beberapa tentara datang dan memberi alasan pemerintah mereka untuk menjaga mereka di sana, serta klaim Washington bahwa perang itu dimenangkan. Tahun-tahun perang melihat peningkatan kerusakan fisik dan psikologis di antara tentara Amerika, termasuk penggunaan narkoba, pemberontakan dan serangan oleh tentara terhadap perwira dan bintara.

dibombardir oleh gambar mengerikan dari perang di televisi mereka, Amerika di depan rumah berbalik melawan perang juga: Pada bulan Oktober tahun 1967, sekitar 35.000 demonstran melakukan protes antiperang massa di luar Pentagon. Penentang perang berpendapat bahwa warga sipil, tidak seorang musuh, bahwa korban utama dan bahwa Amerika Serikat telah mendukung kediktatoran korup di Saigon.

Warisan Perang Vietnam
Pada bulan Januari 1973, Amerika Serikat dan Korea Utara menyimpulkan kesepakatan damai akhir, berakhir permusuhan terbuka antara kedua negara. Perang antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan melanjutkan, bagaimanapun, sampai dengan 30 April 1975, ketika pasukan DRV ditangkap Saigon, nama itu Ho Chi Minh (Ho sendiri meninggal pada tahun 1969). Konflik panjang telah mempengaruhi mayoritas besar dari penduduk negara itu; dalam delapan tahun perang, diperkirakan 2 juta Vietnam meninggal, sementara 3 juta terluka dan lain 12 juta menjadi pengungsi. Perang telah menghancurkan infrastruktur dan perekonomian negara, dan rekonstruksi berjalan perlahan. Pada tahun 1976, Vietnam disatukan sebagai Republik Sosialis Vietnam, meskipun kekerasan sporadis terus selama 15 tahun ke depan, termasuk konflik dengan negara tetangga China dan Kamboja. Di bawah kebijakan pasar bebas yang luas diberlakukan pada tahun 1986, perekonomian mulai membaik, didorong oleh pendapatan ekspor minyak dan masuknya modal asing. Perdagangan dan hubungan diplomatik antara Vietnam dan AS kembali pada 1990-an.

Di Amerika Serikat, efek dari Perang Vietnam membutuhkan waktu lama setelah pasukan terakhir kembali ke rumah pada tahun 1973. Negara menghabiskan lebih dari $ 120.000.000.000 pada konflik di Vietnam 1965-1973; belanja besar-besaran ini menyebabkan inflasi luas, diperburuk oleh krisis minyak dunia pada tahun 1973 dan melonjaknya harga BBM. Secara psikologis, efeknya sangat terasa dalam. Perang telah menembus mitos tak terkalahkan Amerika, dan telah pahit bagi Amerika. Banyak veteran yang kembali menghadapi reaksi negatif dari kedua lawan perang (yang melihat mereka sebagai telah membunuh warga sipil tak berdosa) dan pendukungnya (yang melihat mereka sebagai yang telah kalah perang), bersama dengan kerusakan fisik termasuk dampak dari paparan herbisida kimia berbahaya Agen Oranye, jutaan galon yang telah dibuang oleh pesawat AS pada hutan lebat Vietnam. Pada tahun 1982, Vietnam Veterans Memorial diresmikan di Washington, DC Di atasnya yang tertulis nama-nama 57.939 angkatan bersenjata Amerika tewas atau hilang selama perang; Yang kemudian membawa sisanya yang jumlahnya itu 58.200

Pertempuran Penting Perang Vietnam

1961

Dilancarkan pada 12 Januari 1962, Ops Chopper adalah operasi yang signifikan kerana operasi ini buat pertama kalinya melibatkan penggunaan helikopter Tentera Darat Amerika di medan Vietnam. Dalam Ops Chopper ini, 1,000 orang askar payung terjun Tentera Vietnam Selatan diangkut menggunakan helikopter CH-21 Shawnee untuk menyerbu sebuah sasaran dipercayai ibu pejabat Viet Cong kira-kira 16 kilometer dari Saigon. Helikopter yang digunakan adalah sebahagian daripada hantaran 82 buah helikopter CH-21 Shawnee yang sampai 12 hari sebelum tarikh pelancaran Ops Chopper.
Kumpulan Viet Cong terkejut dengan serangan yang dibuat dan dikalahkan dengan teruk. Tetapi Viet Cong mendapat pengajaran yang kemudiannya digunakan dengan berkesan menentang askar Amerika. Askar Payung Terjun Vietnam dapat menawan pemancar radio sulit yang dicari-cari sekian lama. Ops Chopper membuka lembaran baru pergerakan tentera dengan udara, kerana sebelum itu helikopter hanya digunakan sebagai pengangkut askar yang cedera. Amerika membuat kajian penggunaan helikopter sebagai cara pengangkutan memasuki medan tempur, dan dalam tahun 1952 telah menubuhkan 12 batalion helikopter untuk mengkaji konsep ini.

1962

Ops Ranchhand

1963

Pertempuran di Ap Bac

Pada 2 Januari, 1963 pertempuran besar-besaran yang pertama berlaku di Ap Bac di antara pasukan ARVN (Tentera darat Republik Vietnam) seramai 1,400 orang anggota dan pasukan Komunis Vietnam Selatan seramai 350 orang. Tentera ARVN mengalami kekalahan teruk dan mengalami 83 anggota terkorban dan 108 orang lain cedera sementara pihak tentera Komunis berjaya melepaskan diri dengan hanya 18 orang anggota terkorban.
Pertempuran Ap Bac dalam tahun 1963 menunjukkan peningkatan insurgensi di Vietnam Selatan kesan daripada perolehan anggota, senjata dan bekalan daripada Vietnam Utara. Pemberontakan kini dibuat secara terang-terangan. Presiden Ngo Dinh Diem kian dibenci oleh rakyat kerana kerajaannya menganjurkan nepotisme dan korupsi. Kerajaan Presiden Ngo Dinh Diem juga berat sebelah kepada minoriti beragama Kristian dengan membelakangkan kumpulan majoriti yang beragama Buddha. Kerajaan Amerika Syarikat mulai yakin bahawa Presiden Diem tidak akan berupaya menewaskan Vietnam Utara. Bahkan Amerika Syarikat mengesyaki Presiden Ngo Dinh Diem akan membuat perjanjian dengan Vietnam Utara.

1964

Dalam insiden ini Presiden Johnson mendakwa kapal pemusnah USS Maddox dan USS C. Turner Joy dari Pasukan Petugas Tentera Laut Amerika telah diserang oleh bot penyerang pembawa torpedo milik Vietnam Utara. Sebelum itu, tidak ada sengketa secara berdepan di antara Amerika Syarikat dan Vietnam Utara. Kesahihan dakwaan serangan ini menjadi bahan perdebatan sehingga kini. (Laporan yang disebarkan oleh Agensi Keselamatan Kebangsaan (National Security Agency) dalam tahun 2005 menunjukkan tidak ada serangan dibuat pada 4 Ogos 1964 seperti yang didakwa Johnson)

1965

Pertempuran Lembah Ia Drang
Lt Kolonel Hal Moore Selepas Pertempuran Ia Drang
Tetapi kuasa tembak yang ditunjukkan oleh pasukan Amerika semasa Pertempuran Lembah Ia Drang (lihat filem “We Were Soldiers”) menyebabkan PAVN mengalami kerugian besar. Selepas itu PAVN tidak lagi mencabar tentera Amerika dalam peperangan konvesional di mana tentera Amerika dapat menggunakan taktik perang dan kuasa tembak mereka yang jauh lebih baik daripada apa yang boleh digunakan oleh PAVN di Vietnam Selatan.
Pertempuran di Lembah Ia Drang melibatkan Divisyen Kavalri Udara memaparkan pertama kalinya pertemuan di antara formasi tentera Amerika dengan unit pasukan regular PAVN. Batalion Pertama, Rejimen ke-7 Kavalri (Bn 1/7) di bawah pimpinan Lt. Kolonel Hal Moore menggunakan pergerakan dengan helikopter, bantuan pengeboman dari udara dan bantuan tembakan artileri medan dengan berkesan untuk menyerang dan menewaskan Rejimen ke-33, ke-66 dan ke-320 PAVN. [7] Selepas 3 hari bertempur, Bn 1/7 Kavalri mengalami 79 anggota terbunuh dan 121 cedera, tetapi berjaya memaksa Divisyen PAVN tersebut berundur kerana mengalami jumlah korban yang terlalu tinggi.
PAVN mempelajari bahawa kuasa tembakan artileri Amerika boleh diatasi dengan membuat tempur berhampiran kedudukan tentera Amerika supaya mereka tidak dapat memanggil bantuan artileri kerana mungkin terkena kedudukan sendiri. Keberkesanan taktik ini dilihat pada keesokan harinya apabila PAVN menggunakan taktik untuk membuat serang hendap menewaskan Bn 2/7 Kavalri di LZ Albany, dan pada 17 November 1965. Dalam pertempuran itu, tentera Amerika mengalami 155 terbunuh and 126 cedera, jumlah paling ramai terbunuh dalam sesuatu hari di sepanjang Perang Vietnam.
Pertempuran di Lembah Ia Drang penting kerana memberikan manfaat pengajaran kepada PAVN; walaupun mengalami jumlah korban yang tinggi, mereka mempelajari cara mana mengatasi kelebihan kuasa tembakan yang ada di tangan pasukan tentera Amerika. Lt. Kolonel Hal Moore sendiri berpendapat bahawa pertempuran itu berkeputusan seri. Selepas Pertempuran di Lembah Ia Drang, PAVN tidak lagi mencabar pasukan Amerika dalam pertempuran terbuka.
Ops Rolling Thunder
Rolling Thunder adalah siri misi pengeboman yang berterusan ke atas sasaran-sasaran di Vietnam Utara, dan dilaksanakan oleh unit-unit Tentera Udara Amerika dan Tentera Laut Amerika. Tujuan misi pengeboman ini adalah untuk (a) mematahkan semangat juang rakyat Vietnam Utara, (b) memusnahkan pusat-pusat industri di Vietnam Utara, (c) memusnahkan sistem pertahanan udara Vietnam utara, khususnya sistem misil darat ke udara di sekitar Hanoi, dan (d) untuk menyekat pergerakan anggota dan bekalan di Laluan Ho Chi Minh.
Tetapi Pentadbiran Johnson menghadkan kawasan operasi pesawat pengebom yang ditugaskan. Umpamanya, Pelabuhan Haiphong dan kawasan sempadan China tidak dibenarkan diserang, walaupun kawasan tersebut merupakan pintu masuk bekalan ketenteraan ke Vietnam. Kawasan tertentu seperti Dewan Perwakilan di Hanoi juga tidak dibenarkan diserang. Kawasan Awam juga dikecualikan daripada serangan. Vietnam Utara menggunakan kesempatan menempatkan bekalan tentera di kawasan awam dan kawasan yang dikenalpasti tidak boleh diserang oleh Tentera Udara Amerika untuk dijadikan tempat simpanan bekalan dan tempat penempatan kelengkapan tentera. Umpamanya, meriam anti kapal terbang diletakkan di kawasan sekolah kerana tidak mungkin diserang oleh Tentera Udara Amerika.
Kehebatan serangan ditingkatkan hanya secara beransur-ansur, tetapi pada kecepatan yang terlalu lembab sehingga membolehkan Vietnam Utara menyesuaikan diri dan taktik peperangan mereka sejajar dengan peningkatan misi pengeboman.
Pada 31 Mac, 1968 selepas Serangan Tet, Rolling Thunder dihadkan kawasan serangannya untuk menggalakkan Vietnam Utara mengadakan perundingan damai. Misi pengeboman digantung sepenuhnya pada 31 Oktober 1968 sejurus sebelum Pemilihan Presiden Amerika Syarikat 1968.

1966

Hasil gambar untuk Pertempuran Long Tan
Pertempuran Long Tan

1968

Pengepungan Khe Sanh
Pergerakan PAVN dibolehkan kerana pergerakan bebas kumpulan perbekalan di sepanjang Laluan Ho Chi Minh. Khe Sanh pada mulanya diasaskan dalam tahun 1962 oleh satu kumpulan Green Beret dalam bulan Julai 1962. Dalam tahun 1964, pasukan Marin mula menghantar unit-unit ke Khe Sanh dan menjalankan operasi di kawasan sekitar. Dalam bulan Oktober 1964, kumpulan Striker (orang asli Montagnard yang diupah oleh Green Beret) mengesahkan pergerakan tentera PAVN di Laluan Ho Chi Minh, bukti kukuh pertama bahawa Vietnam Utara menyusup anggota ke Vietnam Selatan melalui Laluan Ho Chi Minh.
Dalam bulan September 1966, Pasukan Marin mengambil alih sepenuhnya pengkalan tempur Khe Sanh, dengan dilengkapkan dengan landasan terbang membolehkan pesawat pengangkut mendarat. Pengkalan tempur di Khe Sanh boleh mengancam Laluan Ho Chi Minh. Pengukuhan pengkalan Khe Sanh adalah untuk menarik PAVN menyerang pengkalan tersebut, membolehkan tentera Amerika menggunakan kesemua sumber perang untuk menewaskan PAVN. Pengkalan itu juga digunakan sebagai tempat pelancaran serangan ke atas Laluan Ho Chi Minh. Laluan ho Chi Minh juga dipasangkan dengan pengimbas elektronik yang membolehkan Amerika mengesan pergerakan di sepanjang Laluan Ho Chi Minh.
Pada kepimpinan Vietnam Utara, Khe Sanh adalah satu ancaman yang perlu diketepikan. Mereka melihat kebarangkalian untuk mengulangi kejayaan mereka di Dien Bien Phu semasa Perang Indochina Pertama untuk mengalahkan dengan teruk tentera Amerika. Selama beberapa bulan, pasukan Marin dan PAVN mengatur unit-unit mereka di sekitar Khe Sanh. Pada 21 Januari 1968, PAVN memulakan serangan besarnya yang pertama. Serangan demi serangan PAVN dapat dipatahkan dengan PAVN mengalami kerugian besar. PAVN juga diserang dengan hujan bom daripada pesawat pengebom B-52, bantuan udara terdekat oleh jet penyerang dan juga oleh bedilan artileri . Apabila Pengepungan Khe Sanh tamat dalam April 1968, 8,000 anggita PAVN terbunuh dan ramai yang lain cedera. Khe Sanh masih kukuh dan PAVN tidak dapat memutuskan perbekalan senjata dan bekalan ke Khe Sanh. Pengepungan Khe Sanh tamat apabila Divisyen Kavalri Udara melancarkan Ops Pegasus.
Berbeza dengan Dien Bien Phu, Amerika berupaya meneruskan pembekalan Khe Sanh kerana boleh menggunakan banyak pengangkut seperti C-119 Flying Boxcar, C-123 Provider, C-7 Caribou dan pesawat C-130 Hercules. Amerika juga mempunyai bilangan helikopter yang banyak dari jenis CH-47 Chinook dan helikopter UH-1 Huey. Pengepungan Khe Sanh memaksa AVN mengalihkan sumber daripada Serangan Tet dan mengurangkan kesan serangan tersebut.
Serangan Tet
Pada pengakhir tahun 1967, Jeneral Westmoreland yakin bahawa “dalam masa 2 tahun ataupun kurang, tentera Amerika tidak lagi akan diperlukan untuk Perang Vietnam” kerana tugas tersebut diserahkan secara beransur-ansur kepada tentera ARVN.
Menjelang 15 Disember 1967, pemerintah pasukan tentera Amerika di Saigon menyerahkan tanggungjawab pertahanan Saigon kepada pasukan ARVN. Tindakan ini adalah sebagai tanda keyakinan Amerika kepada kesediaan ARVN memikul tanggungjawab mempertahankan ibu negara tersebut. Tugas menjaga keselamatan Saigon. Keselamatan Saigon adalah tanggungjawab Kumpulan ke-5 Ranger ARVN dengan dibantu oleh Bn 2/13 Rejimen Artileri Tentera Amerika. Di luar kawasan Saigon, Pasukan Medan II Amerika mempunyai 39 batalion tempur yang sedang bersedia untuk menjalankan operasi tentera dekat dengan sempadan Kemboja.
Apabila menjelang hari Tet, hanya 14 batalion tentera berada di sekitar 29 batu sekeliling Saigon. Leftenan Jeneral Fredrick C. Weyand, tidak sedap hati melihat keadaan ini. Beliau nampak ada peningkatan trafik radio musuh di Saigon, sedangkan pertembungan dengan pasukan musuh berkurangan. Pada 10 Januari 1968, Weyand mendapat kebenaran untuk membawa masuk 13 batalion tempurnya ke Saigon.
Setelah diberitahu oleh pimpinan Tentera Amerika akan peningkatan keadaan keselamatan di Vietnam, rakyat Amerika amat terkejut apabila Viet Cong dan PAVN melanggar gencatan senjata pada perayaan Tết Nguyên Ðán tahun tersebut untuk melancarkan serangan di seluruh pelosok Vietnam Selatan menggunakan kumpulan-kumpulan tentera yang lengkap bersenjata.
35 buah bandar termasuk 13 ibu kota wilayah dirampas oleh anasir Viet Cong. Serangan Tet bertujuan merampas pejabat-pejabat penting kerajaan Vietnam Selatan untuk melumpuhkan kerajaan tersebut dan membolehkan Viet Cong menghasut rakyat ramai untuk memberontak menggulingkan kerajaan. Pemberontak beramai-ramai tidak berlaku. Sebaliknya, Serangan Tet menyebabkan pihak-pihak yang sebelum itu tidak memperdulikan politik berjuang di pihak kerajaan Vietnam Selatan.
Serangan-serangan dapat dipatahkan dengan cepat, kecuali di Saigon di mana pertempuran berlanjutan selama 3 hari dan di Hue di mana pertempuran berlanjutan sehingga sebulan lamanya. Semasa pendudukan Komunis ke atas bandar Hue, 2,800 orang dibunuh dengan kejam. Serangan ini mengakibatkan bilangan korban yang tinggi di kalangan pejuang Viet Cong dan PAVN. Ramai agen Viet Cong yang sebelumnya seperti orang awam yang enggan terlibat dalam aktiviti anti kerajaan menunjuk belang semasa serangan ini dan dihapuskan oleh askar-askar kerajaan.
The Fight for Khe Sanh.jpg
Pertempuran Khe Sanh
Hasil gambar untuk serangan tet
Serangan Tet

1971

Ops Lam Son 719
  • Battle of An Lao
  • Operation Attleboro
  • Battle of Ba Gia
  • Battle of Ban Dong
  • Battle for Buon Ma Thuot
  • Battle of A Shau Valley
  • Battle of Phuoc Long
  • Battle of Binh Gia
  • Cambodian Incursion
  • Battle of Chan La
  • Operation Chenla I
  • Operation Chenla II
  • Operation Chopper
  • Operation Commando Hunt
  • Battle of Dak To
  • Buddhist Uprising
  • Operation Deckhouse Five
  • Operation Dewey Canyon
  • Battle of Dien Bien Phu
  • Battle of Dong Xoai
  • Eastertide Offensive
  • Operation Flaming Dart
  • Operation Frequent Wind
  • Battle of Go Cong
  • Gulf of Tonkin Incident
  • Battle of Hamburger Hill
  • Operation Hastings
  • Battle of Hill 723
  • Ho Chi Minh Campaign
  • Operation Hong Kil Dong
  • I Field Force, Vietnam
  • II Field Force, Vietnam
  • Battle of Ia Drang
  • Operation Igloo White
  • Battle of the Iron Triangle
  • Operation Ivory Coast
  • Operation Jefferson Glenn
  • Operation Junction City
  • Battle of Kampot
  • Battle of Khe Sanh
  • Battle of Kompong Speu
  • Operation Lam Son 719
  • Battle of Lang Vei
  • Operation Lea
  • Battle of Lima Site 85
  • Operation Linebacker
  • Operation Linebacker II
  • Battle of Long Tan
  • Operations Malheur I and Malheur II
  • Battle of Mao Khe
  • Operation Market Time
  • Operation Menu
  • Battle of Ong Thanh
  • Tri Thap Campaign
  • Operation Pegasus (1968)
  • Operation Prek Ta
  • Battle of Prey Veng
  • Operation Quyet Thang 202
  • Operation Ranch Hand
  • FSB Ripcord
  • Operation Rolling Thunder
  • Operation Sea Dragon
  • Operation Sealords
  • Battle of Song Be
  • Operation Starlite
  • Operation Swift
  • Operation Tailwind
  • Tết Offensive
  • Operation Union
  • Operation Union II
  • Battle of Vinh Yen
  • Vung Ro Bay Incident
  • Operation Masher/White Wing
  • Battle of Xuan Loc

 kemenangan vietnam atas amerika

 Cu Chi amat dibanggakan orang Vietnam. Terowongan tikus ini menjadi simbol kejayaan dan kemenangan mereka atas Perancis, Pemerintah Vietnam Selatan, juga Amerika Serikat.
Tak ada senjata hebat yang dimiliki Vietnam semasa perang. Kunci terbesar kemenangan mereka justru ada pada terowongan tersebut. Ini juga menjadi simbol frustrasi dan kekalahan Amerika dalam perang Vietnam.
Cu Chi merupakan nama terowongan bawah tanah yang digali orang Vietnam semasa perang. Terowongan itu awalnya dibuat pada masa penjajahan Perancis. Perancis sendiri mulai menjajah Vietnam pada 1859. Pada 1941, mereka sempat menyingkir karena diusir Jepang. Namun, setelah kekalahan Jepang, Perancis kembali lagi. Sementara itu, Viet Minh (gerakan kemerdekaan) pimpinan Ho Chi Minh sudah menguasai Vietnam Utara dan melakukan perlawanan.
Perang ini sampai 1954. Semasa itu, Perancis yang menguasai Vietnam Selatan melakukan kerja paksa. “Rakyat Vietnam seperti menghadapi buah simalakama. Menuruti kerja paksa akhirnya mati, menolak juga mati. Tapi, mereka sebagian besar akhirnya memilih menolak dan sembunyi. Maka, dibuatlah terowongan untuk bersembunyi dari Perancis dan kerja paksa,” ungkap Hung Tran yang ayahnya tentara Vietnam.
Setelah perang Viet Minh dan Perancis berakhir pada 1954, Amerika Serikat (AS) muncul. Mereka mendukung Perancis dan Pemerintah Vietnam Selatan yang republik. Maka, terowongan itu diperluas lagi oleh orang Vietnam, terutama yang prokomunis atau pemerintahan Vietnam Utara.
Perang lawan AS semakin panas. Terowongan itu pun terus diperpanjang sebagai markas dan benteng Vietnam pro-Hanoi (Viet Minh). Karena perang terus berlangsung, maka terowongan juga terus diperluas dan diperpanjang, terutama pada 1966-1968, sampai akhirnya mencapai 250 kilometer. Sungguh luar biasa. Apalagi, di dalamnya hidup sekitar 10.000 orang Vietnam, tentara, dan keluarganya. Sebab, hanya dengan demikian, mereka lebih aman dari kejaran AS.
Terowongan ini tak hanya panjang, tetapi juga dirancang sangat bagus dan strategis. Berpusat di daerah Cu Chi, Hoj Non, sekitar 70 kilometer di luar Kota Ho Chi Minh (Saigon), Cu Chi memiliki tiga saf. Saf pertama bertinggi 3 meter, saf kedua 6 meter, dan saf ketiga 10 meter. Banyak area yang menjadi tempat tinggal. Untuk menghubungkannya, dibuat terowongan kecil yang hanya bisa dilewati secara jongkok oleh orang-orang kecil seperti orang Vietnam.
Di terowongan ini terdapat rumah sakit untuk merawat yang sakit, dapur, tempat sekolah, juga tempat membuat senjata. Tentara, wanita, dan anak-anak hidup di sini selama perang lawan AS.
Jangan harap mudah menemukan tempat ini. Kalaupun bisa, paling hanya sebagian dan akan kehilangan bagian lainnya. Sebab, terowongan ini dibuat dengan pintu masuk amat kecil, hanya cukup untuk ukuran orang Vietnam yang kecil. Memang ada pintu-pintu cukup besar, tetapi sangat tersembunyi dan dijaga ketat.
“Setiap sektor di terowongan dipimpin oleh empat orang. Mereka hanya menguasai sektornya saja. Dengan demikian, jika tertangkap, mereka tak bisa menjelaskan bagian lainnya. Hanya para pimpinan yang tahu detail peta terowongan bawah tanah itu,” papar Hung.
Setiap ruang di terowongan itu juga hanya dihubungkan terowongan amat kecil. Hanya bisa dilewati dengan cara jongkok. Bagi orang Vietnam yang dulu kecil-kecil, ini amat mudah. Bagi tentara AS yang besar dan tinggi, mereka jelas kesulitan, bahkan tak bisa masuk.
AS amat kesulitan mencari dan mengatasi perlawanan Vietnam. Terowongan itu sering dibuat sampai ke bawah markas AS. Mereka muncul, senantiasa membuat teror. Oleh karena itu, tentara AS tak pernah dibuat aman.
Beberapa kali AS berusaha menemukan dan menghancurkan terowongan ini, tetapi tak pernah berhasil. Padahal, AS sampai mengeluarkan senjata-senjata berat berupa bom-bom besar.
“Terowongan ini dibuat dengan pertimbangan dan desain yang bagus. Mungkin AS bisa mengebom, tapi hanya bisa merusak lapisan atas. Lapisan lainnya tetap aman. Bahkan, AS pernah memasukkan zat kimia, tapi tetap saja gagal masuk ke bagian paling vital,” ungkap Hung.
Maka, AS tak pernah sukses melawan Vietnam. Bahkan, beberapa kali mereka terjebak oleh senjata-senjata rahasia Vietnam yang sederhana, tetapi berdampak besar. Bahkan, tank-tank AS pun sering bisa dilumpuhkan.
Selama AS berada di Vietnam, Vietkong (orang Vietnam yang membela Vietnam Utara pro kemerdekaan) berada di terowongan itu, terutama Vietkong yang berada di Vietnam Selatan. Terowongan ini menjadi basis perlawanan terhadap AS. Jadi, AS harus menghadapi Vietkong dari terowongan, juga dari Vietnam Utara.
Satu-satunya jalan agar selamat memang tetap tinggal di terowongan itu. Adapun makan-minum dan kebutuhan lain disuplai oleh para Vietkong yang menyamar. Selain itu, jika malam hari, sebagian keluar mencari makanan dan mencari senjata. Mereka juga punya tempat kerja untuk membuat senjata-senjata sederhana.
Dari hari ke hari, Vietkong yang tinggal di terowongan itu makin banyak. Bahkan, puncaknya mencapai 10.000 orang, baik tentara gerilyawan, wanita, dan anak-anak. Terowongan itu juga dilengkapi lubang udara yang rapi dan bisa masuk secara menyeluruh. Sebagian lubang udara terdapat di gundukan tanah yang dibuat menyerupai sarang semut. Selain itu, lubang juga ada di bawah pohon-pohon yang tertutup akar.
Akhirnya, pada 1975, AS menyerah dan memutuskan kembali ke negaranya. Vietnam pun merdeka, dan Vietkong yang hidup di terowongan pun keluar merayakan kemenangan itu.
Baru tahun 1975 itu pula Vietkong yang tinggal di bawah tanah keluar secara bebas. Artinya, mereka hidup di bawah tanah sekitar 20 tahun. Sebuah rekor luar biasa. Ini berkat desain Cu Chi yang sangat bagus dan mengagumkan.
Terowongan Cu Chi pun kini dirawat oleh Pemerintah Vietnam. Sebab, ini menjadi simbol kemenangan mereka atas AS, sumber sekaligus simbol frustrasi dan kekalahan AS. Saat ini, Cu Chi justru menjadi obyek wisata yang menarik.
Sebagai tempat komunitas Vietkong, terowongan Cu Chi memiliki banyak kisah. Salah satunya seorang ibu terpaksa membunuh anak sendiri di terowongan itu.
Sepanjang Perang Vietnam antara tahun 1955 sampai 1975, Amerika Serikat (AS) selalu disulitkan oleh pola gerilya Vietkong. Sebab, mereka selalu bersembunyi di terowongan yang tak mungkin bisa dikejar tentara AS.
Namun, tentara AS selalu berusaha menemukan terowongan demi terowongan, kemudian dihancurkan dengan bom. Beberapa kali, tentara AS memang berhasil menemukan dan sukses menghancurkannya. Namun, ternyata itu hanya sebagian kecil dari 250 kilometer terowongan yang dibuat Vietkong.
“Tentara AS hanya mampu menghancurkan lapisan pertama terowongan itu. Selebihnya, mereka tak bisa menjangkau lapisan atau bagian lain. Sebab, AS benar-benar buta tentang peta terowongan itu,” ungkap Hung Tran, seorang pengusaha wisata yang ayahnya tentara Vietnam.
Namun, tak jarang pula bom yang diledakkan AS di sekitar terowongan cukup mematikan puluhan, bahkan ratusan Vietkong dan keluarganya. Namun, hanya wilayah itu yang hancur, tak sampai merambah wilayah lain. Sebab, terowongan itu sangat panjang dan luas.
Suatu hari, AS mengerahkan pasukan terbesarnya untuk mencari dan menghancurkan terowongan Vietkong. Rupanya, ini juga diketahui para Vietkong sehingga mereka tetap bersembunyi di ruang-ruang bawah tanah.
Di salah satu sektor ruang bawah tanah, ada seorang ibu yang akan melahirkan. Ibu tersebut bernama Lny. Sementara itu, tentara AS tepat berada di atas mereka.
Karena sudah saatnya, anak itu terlahir pula. Seperti halnya bayi yang baru lahir, anak itu pasti menangis. Namun, sebelum anak itu bisa mengeluarkan suara, Lny memencet hidungnya agar tak menangis, sampai meninggal dunia.
“Ini dia lakukan sebagai bentuk pengorbanan kepada negara dan komunitas Vietkong. Sebab, jika anak itu sampai menangis, maka tentara AS di atasnya akan mendengar sehingga sektor itu bisa dihancurkan dan akan ada puluhan atau bahkan ratusan korban jiwa,” cerita Nhi Nguyen, wanita asal Mekong.
Bayi Lny meninggal, tetapi komunitas Vietkong di sektor itu selamat. Sebab, tentara AS tak menemukannya. Lny sendiri, setelah sehat, akhirnya memutuskan menjadi tentara wanita melawan AS.
Di Vietnam banyak ditemukan orang cacat sejak lahir, karena pengaruh zat kimia tinggalan senjata tentara Amerika Serikat
Namun, setelah merdeka pada 1975, dia tak bisa ikut merasakan kebahagiaan seperti orang Vietnam lainnya. Sebab, Lny menjadi gila karena merasa berdosa kepada anaknya dan sangat kehilangan.
“Lny ke mana-mana membawa boneka dan sering menangis. Namun, Pemerintah Vietnam merawat dan menghidupinya, juga menganggapnya sebagai salah satu pahlawan,” cerita Nhi.
Tak hanya itu kisah sedih seputar Cu Chi. Saking kesulitan dan mangkelnya, AS sering menyerang membabi buta ke wilayah-wilayah terowongan. Bahkan, ditengarai mereka juga menggunakan zat kimia.
“Efek zat kimia sangat luar biasa. Sampai perang usai, masih berdampak karena sudah merasuk ke udara, air, dan tanaman,” timpal Hung Tran.
Karena itu, di wilayah Cu Chi akhirnya banyak anak yang lahir dalam keadaan cacat. Ini karena pengaruh sisa-sisa zat kimia dari senjata AS.
“Pemerintah Vietnam menyediakan fasilitas pendidikan buat mereka dan menjamin penghidupannya. Yang bisa diajarkan untuk mandiri diberi berbagai pendidikan dan keterampilan sehingga nanti bisa mandir. Sementara itu, yang tak bisa mandiri dipelihara oleh negara,” terang Nhi.
Orang-orang Amerika sendiri kini sering berkunjung ke Vietnam untuk berwisata. Mereka kadang mengunjungi orang-orang yang terlahir cacat akibat kimia tinggalan AS tersebut.
“Banyak orang Amerika yang sampai menangis sedih menyaksikan akibat dari serangan mereka pada masa perang. Mereka kemudian meminta maaf,” ungkap Hung.

 

Film Vietnam yang terkenal

Apocalypse Now

Film produksi 1979 ini bersetting di Perang Vietnam. Sering dianggap sebagai salah satu film perang terbaik, Apocalypse Now dibintangi oleh Marlon Brando, Martin Sheen dan Robert Duvall. Produksi film ini banyak dihampiri oleh berbagai macam masalah.
Beberapa masalah tersebut di antaranya adalah Marlon Brando yang kelebihan berat badan dan belum mendalami karakternya, Martin Sheen yang terkena serangan jantung, setting film yang terkena badai serta pasca-produksi yang panjang sehingga menunda perilisan film ini.
APOCALYPSE NOW
Tetapi semua itu terbayar dengan kesuksesan film yang masuk nominasi Academy Awards dan Golden Globe Awards untuk kategori Best Picture, meski hanya berhasil membawa pulang Oscar untuk kategori Best Cinematography dan Best Sound. Pada tahun 2000, Apocalypse Now terdaftar di National Film Registry oleh Library of Congress, yang membuktikan nilai lebih dan kualitas dari film ini.

Full Metal Jacket

FULL METAL JACKET
Masih bersetting di Perang Vietnam, film karya sutradara legendaris Stanley Kubrick yang dirilis pada tahun 1987 ini bercerita tentang peleton marinir Amerika yang berlatih dan bertempur selama Perang Vietnam berlangsung.
Dibintangi oleh Matthew Modine dan Adam Baldwin, film ini menuai banyak pujian dari berbagai pihak, terutama penonton dan kritikus film. Sayang, di ajang Academy Awards, Full Metal Jacket hanya dinominasikan di kategori Best Adapted Screenplay dari novel The Short-Timers karya Gustav Hasford terbitan 1979.

Platoon

PLATOON
Inilah film Perang Vietnam yang ditulis dan disutradarai oleh salah seorang veteran perang tersebut, Oliver Stone. Dirilis pada tahun 1986, Platoon merupakan film pertama dari trilogi Vietnam War yang kemudian disusul oleh Born on the Fourth of July (1989) dan Heaven and Earth (1993).
Dibintangi oleh Tom Berenger, Willem Dafoe dan Charlie Sheen, film ini lebih mengangkat sisi psikologis para tentara selama masa perang. Terkadang mereka hanya minum-minum, pesta dan hal-hal lain untuk menghibur diri di sela-sela perang yang berkecamuk. Di ajang Academy Awards, Platoon menuai banyak kemenangan dari kategori Best Picture, Best Director, Best Sound dan Best Film Editing.

 

Rescue Dawn

RESCUE DAWN
Cerita-cerita dari Perang Vietnam seolah-olah tidak pernah habis untuk diangkat ke layar lebar. Rescue Dawn adalah salah satunya. Dibintangi oleh Christian Bale sebagai pilot pesawat tempur, Dieter Dengler, yang ditembak jatuh dan disekap oleh Vietcong dan usaha untuk meloloskan diri dari kamp penyekapan bersama seorang teman seperjuangannya.
Untuk berperan di sini, Christian Bale kembali tampil kurus setelah sebelumnya berhasil menggemukkan badannya untuk peran Bruce Wayne dalam Batman Begins. Meski menuai pujian dari kalangan kritikus film, Rescue Dawn gagal dalam peredaran bioskopnya, tetapi akhirnya berhasil mengumpulkan dollar dari peredaran home video-nya.

We Were Soldiers

WE WERE SOLDIERS
Mel Gibson berperan dalam sebuah kisah nyata pertempuran pertama pasukan Amerika dalam Perang Vietnam. We Were Soldiers diadaptasi dari buku We Were Soldiers Once… And Young karya Letjen Hal Moore dan reporter Joseph L. Galloway yang keduanya terlibat dalam pertempuran tersebut.
Disutradarai oleh Randall Wallace, film ini juga menceritakan bagaimana reaksi dan keadaan psikologis bagi para keluarga tentara Amerika yang anggota keluarganya dikirimkan ke Vietnam. Ada yang menerima, juga banyak yang menentang. Banyak momen di film ini yang mampu menggetarkan hati penonton.


 Sumber

https://ms.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Penting_Perang_Vietnam

 



 

No comments: