Wednesday, March 2, 2016

SEJARAH TMII (TAMAN MINI INDONESIA INDAH)


SEJARAH TMII

(TAMAN MINI INDONESIA INDAH)


Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 250 kilometer persegi.
Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, seta menampilkan aneka busana, tarian dan tradisi daerah. Disamping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung, berbagai museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu kota

ASAL USUL SEJARAH TMII
Adalah Siti Hartinah Soeharto—yang akrab dipanggil Ibu Tien Soeharto—mempunyai gagasan membangun kawasan wisata Taman Mini “Indonesia Indah”.
Prakarsa itu diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual.

Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada tanggal 28 Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan pembangunan Miniatur Indonesia pada rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl. Cendana No. 8, Jakarta.
Bentuk dan sifat isian proyek berupa bangunan utama bercorak rumah-rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian, kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia.
Gagasan itu dilandasi, antara lain, semangat untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa serta untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.

Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” di depan umum.
Berbagai saran, tanggapan, dan pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan proyek tersebut.

Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan.
Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.

Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah Cempaka Putih, di atas tanah seluas + 14 hektar.
Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah ± 100
ektar.
Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan kota Jakarta di kemudian hari.
Ibu Tien Soeharto menerima saran tersebut, karena dengan lahan yang lebih luas memungkinkan proyek miniatur Indonesia menampilkan rumah-rumah adat daerah dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya.

Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara bersinambung.
Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan.
Rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian secara keseluruhan.

Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional
masyarakat di sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan selesai.

Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini “Indonesia Indah” diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto. 

GAGASAN DAN SUMBER ILHAM
Tiada ketenaran tanpa awal gagasan dan karya yang mewujudkannya.
Ketenaran Taman Mini "Indonesia Indah" di seluruh Nusantara dan di berbagai bagian dunia, tidak dapat dilepaskan dari pangkal tolaknya yang berupa gagasan yang terdengarnya sederhana tetapi mengandung nilai yang sangat tinggi.

Gagasan ini berupa keinginan atau cita-cita untuk membangkitkan rasa bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, Indonesia.
Gagasan ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto.
Cita-cita ini diutarakan sebagai gagasan untuk mendirikan suatu tempat rekreasi yang mampu menggambarlan kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuk miniatur.
Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no.8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970.

Sebagai pemrakarsa, Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara) telah melihat jauh ke depan akan pentingnya menciptakan suatu bangunan miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya, kekayaan alam, kebudayaan dan kekayaan lainnya.
Bertekad cita-cita ini, dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.

Prakarsa Ibu Negara ini bersumber pada kenyataan bahwa Indonesia dianugerahi kekayaan di berbagai segi dan sumber. Pulaunya yang berjumlah belasan ribu. kelompok etnisnya yang memiliki ciri-ciri khas masing-masing, dalam bahasa, adat istiadat, perilaku tutur kata dan sebagainya, serta sumber daya alamnya yang sangat kaya ini tidak terlepas dari pengamatan Ibu Negara untuk melahirkan gagasan yang mulia dan sangat bermanfaat bila terwujud.

FILSAFAT DAN ASAS PENDIRIAN
Tentulah ada asas-asas filsafat yang dijadikan landasan pendirian proyek miniatur ini.
Kekokohan hasil proyek ini terbentuk berkat filsafat yang berpangkal pada amanat-amanat Presiden Republik Indonesia yang pada intinya ialah keseimbangan usaha pembangunan fisik dan ekonomi dengan pembangunan mental spiritual.
Filsafat inilah yang menjadi batu pijakan pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia Indah".
Filsafat ini dijadikan pilihan landasan karena Ibu Negara sadar dan melihat bahwa pada awal pembangunan yang dilaksanakan pada akhir tahun 1960-an belum mendapatkan perhatian semestinya.
Karena kesadaran dan perhatian beliau inilah, beliau berprakarsa pelaksanaan pembangunan mental spiritual.

Secara lebih rinci ada lima aspek dan prospek yang dijadikan baik pijakan pembangunannya maupun pandangan dalam pengembangannya.
Kelimanya ini ialah spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi,
konomi, dan kesejahteraan.
Pegangan teguh pada aspek dan prospek ini dapat dirasakan dan dilihat ada pengembangan yang telah berlangsung selama ini.

Aspek dan prospek spiritual serta pendidikan dan kebudayaan tidak terlepas dari pandangan Presiden Soeharto.
Mengenai aspek dan prospek spiritual beliau menyatakan bahwa setiap usaha pembangunan ekonomi tidak mungkin dilakukan tanpa pembangunan mental, spiritual, rohaniah dan sosial .
Mengenai pendidikan dan kebudayaan beliau mengungkapkan bahwa putra-putri harus menyiapkan diri sejak sekarang.
melatih diri dan mengasah otak belajar berorganisasi dan mulai membaktikan diri kepada masyarakat, mencintai alam dan bangsanya sendiri.
bangga kepada kebudayaannyan sendiri dan mau belajar hal-hal yang baik dari luar tanpa kehilangan kepribadian nasionalnya sendiri, berusaha sendiri dan selalu ingin mengetahui hal-hal baru agar dapat maju, mencintai kerja dan berusaha mencapai prestasi yang tinggi .

Mengenai aspek dan prospek teknologi, kata-kata Neil Armstrong, angkasawan Amerika, manusia pertama yang menjejakkan kaki di bulan, a little step of a man, a giant step of mankind yang artinya langkah kecil manusia tetapi berupa loncatan raksasa kemanusiaan, merupakan dambaan dalam membangun dan mengembangkan Proyek Miniatur "Indonesia Indah" ini.
Hanya dengan teknologi yang ditulang-punggungi ilmu, manusia dapat melangkah maju dalam mewujudkan keinginan peningkatan ke arah ekonomi dan kesejahteraannya.

Selanjutnya mengenai aspek dan prospek ekonomi, kata-kata Presiden Soeharto menjadi pegangannya.Dikatakan oleh beliau bahwa, "Pembangunan ekonomi berarti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui pananaman modal, penggunaan teknologi, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen" .
Aspek dan prospek ini tidak terlepas dari aspek dan prospek berikutnya, yaitu kesejahteraan. Oleh Presiden Soeharto, dikatakan bahwa
"Cita-cita kita adalah suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, kita ingin kehidupan kita lebih baik, makin maju, bertambah sejahtera dan adil" .

Kelima aspek dan prospek tersebut saling berkait.
Kaitan inidalam pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia Indah terlihat nyata bila kita melihat taman miniatur ini secara keseluruhannya.
Secara keseluruhan di sini melibatkan penglihatan kita terhadap wujud fisik, yang berupa bangunan, yang mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi, dan sarana dalam meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan, dan wujud program pergelaran yang mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi serta ekonomi dan kesejahteraan.
Jelaslah bahwa baik dari pandangan fisik maupun langkah operasional.
Proyek Miniatur ini erat berpegang pada aspek dan prospek pembangunannya.

Dengan filsafat ini sebagai landasan, ada sasaran yang ingin dijangkau oleh pendiri taman miniatur, yaitu meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengertian kepada bangsa-bangsa lain tentang Indonesia yang sebenarnya.
Ke dalam sendiri, jangkauan pelaksanaan proyek ini ialah terjadinya proses pendidikan dan peningkatan pengetahuan bangsa sendiri mengenai tanah airnya, sehingga terpupuklah rasa cinta kepada tanah airnya.
Inilah sebetulnya misi didirikannya taman miniatur ini.


ARTI TMII
Arti Taman Mini “Indonesia Indah” adalah satu proyek untuk mencitrakan Indonesia yang lengkap dengan segala isinya dalam bentuk mini, berupa sebuah taman di atas sebidang tanah yang menggambarkan Indonesia yang besar ke dalam penampilan yang kecil

Bangunan pokok berupa danau buatan dengan pulau-pulau yang menggambarkan wilayah Indonesia. Kepulauan buatan tersebut merupakan bagian terpenting dari proyek ini dan disebut Miniatur Arsipel Indonesia.
Pulau-pulau dibangun secara geografis di atas laut buatan sesuai dengan skala asli, dalam arti tinggi rendah daratan, hutan, keadaan gunung-gunung, dan tumbuh-tumbuhannya terlihat seperti perwujudan sesungguhnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix-_VIRE6ZKJGRo8vYErvT5SgFPXs5SFUSUq-HFGH6V16KADLKwMJ0M5i53pQPjBxCPJEqwuenV2EJu_jT9QN9FhY6mOYqppAjudUwhVN3sJ4bPzmiUFTG7pR4y8pOLC8YYM-Iv9hSiDw/s1600/asal+usul+sejarah+tmii13.jpg
Danau TMII

Danau kepulauan ini, berikut bangunan-bangunan khas daerah di sekitarnya, secara keseluruhan dinamakan Taman Mini “Indonesia Indah”.

VISI , MISI, DAN TUJUAN TMII
Visi proyek adalah menjadikan Taman Mini “Indonesia Indah” sebagai kawasan wisata budaya yang terkemuka. Dengan visi tersebut, TMII menetapkan misinya sebagai wahana pelestarian, pengenalan, dan  engembangan budaya bangsa. Oleh karena itu, sasaran pembangunannya tidak menitikberatkan pada keuntungan finansial melainkan pengembangkan kebudayaan nasional.

Maksud dan tujuan pembangunan Taman Mini “Indonesia Indah”:
* Membangun dan mempertebal rasa cinta bangsa dan tanah air.
* Memupuk serta membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
* Menghargai serta menjunjung tinggi kebudayaan nasional Indonesia dengan jalan menggali dan menghidupkan kembali kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang.
* Memperkenalkan kebudayaan, kekayaan alam, dan warisan bangsa kepada sesama anak bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia.
* Memanfaatkan untuk menarik wisatawan, dengan demikian meningkatkan kegiatan pariwisata, sarana promosi bagi tiap-tiap daerah di seluruh tanah air, dan menghidupkan kerajinan rakyat di seluruh daerah, menampung dan mengatur pemasarannya.
* Ikut aktif membantu pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan dengan mempersembahkan suatu tempat rekreasi yang bersifat pendidikan kepada masyarakat Indonesia.
URAIAN TENTANG LOGO DAN MASKOT TMII
Dalam rangka meningkatkan citra positif dan menambah daya tarik masyarakat, pada 26 September 2007 diluncurkan logo baru “tmii” sebagai brand name.
\
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKOvTEeD8gBkuHnbk_cI0eOJ4_3Ajv_ULgOJLShagpCPpKyRRl7Sg0IhUEGL-_AUTfr3gv1YZOPY5hHjzGr1ofeysi29XfVeXMAiBMAPx_EJFOzAIeyrZxJfdwR5-FWag5iUqrlpbAbfM/s1600/asal+usul+sejarah+TMII+2.jpg
Logo Tmii

Logo menggunakan empat warna dasar, yakni merah, biru, kuning, dan hijau, dengan pencitraan grafis huruf dan warna.
Merah melambangkan semangat,
biru mencitrakan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan,
kuning lambang kekayaan dan keragaman budaya,
dan hijau mengacu pada kekayaan alam.

Motif logo menggunakan huruf lengkung untuk menggambarkan kedinamisan, keragaman budaya, dan kekayaan alam Indonesia.
Pewarnaan dari merah ”t” menuju ke kuning “i” mengandung filosofi pergerakan terbit sampai terbenamnya matahari,
warna biru adalah waktu saat beraktivitas dari kedinamisan, dan
warna hijau adalah pencapaian dari sebuah kemakmuran.
Grafis bulatan yang berputar tiada henti di atas kedua huruf “i” melambangkan kesatuan makna dari kata “Indonesia” dan kata “Indah”,
serta melambangkan TMII sebagai tujuan terbaik untuk melihat lebih dekat keindahan dan kekayaan budaya dan alam Indonesia.
Maskot berupa tokoh epos Ramayana, yakni Anjani Putra—disingkat NITRA—nama lain Sang Hanoman.
Tokoh NITRA menjadi icon TMII dan berperan sebagai sarana pengenal yang mempunyai makna informatif agar mudah diingat dan lekat di hati.
Penggunaan maskot NITRA diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto bertepatan dengan ulang tahun ke-16 TMII pada 20 April 1991.

Pemilihan tokoh NITRA didasarkan atas pertimbangan:
* NITRA berwujud kera putih yang perkasa, mempunyai kepribadian menonjol, seperti berjuang membela dan menegakkan kebenaran tanpa pamrih, mahir berdiplomasi sehingga dipercaya sebagai duta.
* NITRA memiliki berbagai kesaktian, sehingga mampu membasmi angkara murka dan membela kebenaran. 
* NITRA merupakan kesayangan dewa yang dikaruniai usia sangat panjang sebagai pembina generasi selanjutnya. 
* NITRA mempunyai watak yang dapat diteladani dan dapat menjadi sumber inspirasi yang menyatu dengan misi TMII sebagai wahana pelestarian, pengenalan dan pengembangan budaya, duta seni, serta mewariskan segala sesuatunya untuk generasi yang akan datang. 
* NITRA mencerminkan budi luhur, diharapkan menjadi suri tauladan bagi generasi muda dan menjadi pilihan idola yang bersumber dari nilai budayanya sendiri. 
* Visualisasi NITRA mengarah pada bentuk fisik yang disesuaikan agar menarik dan disenangi anak-anak, remaja, dan dewasa: ramah dan lucu tetapi mempesona. 
* Sebagai maskot, NITRA dapat berbentuk dua dimensi dan tiga dimensi, antara lain berwujud boneka, logo, ataupun produk cetak dan cenderamata sesuai kebutuhan.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUmeO6wrfSbgin4p-dOoE0u_d_IWjJoMpfPIgmBkRumgtjtt5FJrfb64aH5Z2xlPIR7fdYK7KuCFxOS3h6EVKo31uEdSJUemSO_vs2MMVc9SzJDg2WitsD3gGHycMYWlTWUeGt-UCPv60/s1600/asal+usul+sejarah+TMII+3.jpg
Logo Nitra

BAGIAN BAGIAN TMII
Taman Mini Indonesia Indah Map id.svg
Bagian-Bagian TMII
ANJUNGAN DAERAH
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional.
Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki.
Anjungan Sumatra Barat

Bangunan keagamaan

Bangunan keagamaan diwakili oleh beberapa rumah ibadah agama resmi yang diakui di Indonesia, hal ini untuk menggambarkan toleransi dan keselarasan hubungan antar agama di Indonesia. Bangunan-bangunan keagamaan antara lain:
  • Masjid Pangeran Diponegoro
  • Gereja Katolik Santa Catharina
  • Gereja Protestan Haleluya
  • Pura Penataran Agung Kertabhumi
  • Wihara Arya Dwipa Arama
  • Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa
  • Kuil Konghucu Kong Miao 
  • Masjid Pangeran Diponogoro

    Masjid Pangeran Diponogoro adalah rumah ibadah umat islam yang dapat digunakan oleh pengunjung maupun masyarakat sekitar untuk menjalankan ibadah salat dan kegiatan lain seperti perayaan hari besar, ceramah, kajian agama, dan belajar al-qur’an. Masjid ini berdiri di atas lahan 2.850 m2 dengan luas bangunan 760 m2 dan terdiri dari dua lantai. Lantai satu untuk para jamaah, tempat wudhu, kamar mandi, ruang tunggu, perpustakaan, gudang dan dapur ; sedangkan lantai dua tempat imam, khatib, mihrap, serta menara berbentuk kubah berketinggian 26 meter untuk mengumandangkan adzan.
    Arsitekturnya di ambil dari bentuk kebanyakan masjid di Indonesia, seperti masjid AL Azhar Jakarta dan masjid Syuhada, Yogyakarta.Pembangunannya di laksanakan tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975 oleh Presiden Soeharto. Pangeran Diponogoro dipilih sebagai nama masjid karena pertimbangan untuk mengabdikan nama seorang tokoh pahlawan nasional yang sekaligus memimpin agama islam yang bersama masyarakat Yogyakarta gigih melawan penjajahan belanda.
    Bangunan yang terletak di depan sebelah kanan gedung sasana kriya dan berbatasan dengan gereja Santa Chatarina – yang berarti menempati urutan pertama deretan rumah ibadah dari gerbang utama – ini di maksudkan sebagai simbol kerukunan umat beragama di Indonesia.masjid ini tidak hanya di gunakan sebagai tempat ibadah bagi umat islam di lingkungan TMII, tetapi juga bagi pengunjung dan masyarakat sekitarnya, baik perorangan maupun berjamaan, termasuk salat jumat ( jumatan) dan salat taraweh pada bulan Ramadhan. Namun untuk hari-hari besar, seperti Idhul Fitri dan Idhul Adha, pelaksanaan salat dilakukan di Plaza Tugu Api Pancasila. Ceramah keagamaan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan atau sekedar mengingatkan kembali aturan kehidupan dalam beragamapun dilaksanakan di masjid ini.
    Selain kegiatan rutin keagamaan, masjid Pangeran Diponogoro juga bisa digunakan untuk akad nikah dan dapat dilanjutkan dengan syukuran, baik secara sederhana maupun agak meriah, dengan menambahkan tenda atau – bila berniat melanjutkan resepsi – menggunakan Sasana Utomo ataupun Sasono Adi Guno yang berjarak sekitar 100 meter.
    Bangunan masjid ini tidak memiliki hiasan dekoratif, atapnya berbentuk kubah ( doom ) menyerupai gaya Bizantium yang dipengaruhi struktur ruangan Pantheon ( Yunani Kuno), yang mengadung makna bahwa kehidupan manusia merupakan bagian kecil udari struktur alam semesta dan bernaung dibawahnya.

    Wihara Arya Dwipa Arama


    Wihara Arya Dwipa Arama
    Bentuk bangunan rumah ibadah Budha ini mengambil pola stupa candi Borobudur.Stupa merupakan simbol bangunan tempat-tempat ibadah bagi umat Budha. Dengan lampang Cakra, Prapta, Patina Suta, Umat Budha akan selalu menyadari bahwa kehidupan manusia berputar seperti sebuah roda.
    Ceiling ruang ibadah berbentuk setengah lingkaran berwarna kuning emas agar tercipta suasana seperti di dalam nirwana.Patung Budha ditempatkan di sebelah barat.Gedung ibadah dikelilingi kolam air. Selain penting bagi umat Budha, keberadaan kolam air dari segi arsitektur seakan-akan mengangkat bangunan dan secara fungsional memberikan suhu dingin.
    Wihara ini melayani umat yang akan melakukan ibadah baik secara rutin maupun pada hari-hari besar umat Budha. Pada hari raya Waisak dan hari Tilem atau malam purnama, Wihara Arya Dwipa Arama menyelenggrakan upacara puncak.Wihara ini juga berfungsi sebagai tempat menghimpun informasi tentang agama Budha di Indonesia.

    Gereja Katolik Santa Catharina


    Gereja Katolik Santa Catharina

    Gereja Santa Chatarina adalah rumah tempat ibadah umat Katholik Roma. Letaknya bersampingan dengan Masjid Pangeran Diponogoro dan Gereja Kristen Haleluya, Gereja Santa Catharina dibangun tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975 dengan luas bangunan 1.030 m2 di atas lahan seluas 2.860 m2.
    Bentuk bangunan gereja ini merupakan tiruan gereja katholik pertama di Indonesia, yaitu Gereja Santa Catharina di Surabaya. Nama Chatarina diambil dari nama tokoh suci perempuan yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mempertahankan keyakinan dan meninggal sebagai martir karena ketaatannya terhadap Tuhan Yesus. Gaya arsitekturnya dipengaruhi gaya Roma kuno, tetapi atapnya memiliki ciri khas bangunan tradisional Jawa ; tidak memiliki hiasan dekoratif, hanya jendela yang terbuat dari kaca diffuse bergambar salib. Garis – garis yang berkaitan dengan struktur atap mengesankan pengaruh Roma tersebut.
    Secara keseluruhan rumah ibadah ini terdiri dua bangunan, yakni bangunan utama dan aula. Bangunan utama untuk ruang jemaat dan ruang pengampunan dosa, di depannya terdapat menara lengkap dengan lonceng gereja dan puncaknya bersalib; sedang aula sekaligus menjadi ruang perpustakaan, kantor, ruang pastor, dan toilet. Jika sedang ada misa/ruang perpustakaan digunakan untuk Sekolah MInggu bagi anak-anak di bawah umur 10 tahun.
    Kegiatan misa dilaksanakan setiap hari Minggu sebanyak dua kali dan pada hari-hari besar, seperti perayaan Minggu Palem, Kamis Putih, Jumat Agung, Minggu Paskah dan Natal. Umat yang mengikuti misa terdiri atas karyawan TMII, masyarakat sekitar, dan pengunjung. Gereja juga terbuka untuk umum, terutama bagi mereka yang ingin melaksanakan pemberkatan pernikahan dapat dilanjutkan dengan resepsi di berbagai tempat di lingkungan TMII, baik di dalam gedung ( in door) maupun di luar gedung (out door).

    Klenteng Kong Miao

    Klenteng Kong Miao
    Kelenteng Kong Miao adalah rumah ibadah umat agaman khonghucu. Kelenteng terletak berdampingan dengan deretan rumah ibadah lainnya yang sudah ada di TMII, yakni: Masjid Pangeran Diponogoro, Gereja Katholik Santa Chatarina, Gereja Kristen Protestan Haleluya, Pura Hindu Darma,Wihara Arya Dwipa Arama, dan Sasana Adirasa mencerminkan keragaman dan kerukunan umat beragama di Indonesia.
    Pembangunan Kelenteng Kong Miao diawali dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI, Dr. Maftuh Basyuni pada 2 februari 2009, dan diresmikan oleh Ketua Yayasan Harapan Kita, Hj.Siti Hardiyanti Rukmana pada 23 Desember 2010. Saat peresmian kelenteng ini dikunjungi oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Ani Yudhoyono usai membuka musyawarah nasional Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) ke XXI menyempatkan menanam pohon cemara di halaman klenteng.
    Kompleks kelenteng kong miao terdiri tiga bangunan inti, yakni Tian Tan (Altar Suci), Da Cheng Dian (Kelenteng Nabi Agung) dan Qi Fu Dian (Kelenteng keberkahan). Bangunan pertama adalan Tian Tan berbentuk bundar melambang kesempurnaan (TUhan) dan beratap tiga susun melambangkan Tian (Tuhan), atap paling atas;Ren (Manusia), atap tengah; dan Di (bumi atau alam semesta), atap paling bawah. di atas atap terdapat guci tempat meletakkan dupa (hiolo) berfungsi untuk bersembahyang kepada Tuhan.
    Bangunan kedua, Dan Cheng Dian atau Kelenteng Nabi berbentuk bangunan empat persegi panjang bercirikan arsitektur khas tiongkok memiliki dua lantai. Lantai bawah digunakan untuk kantor dan perpustakaan, sedangkan lantai atas berisi altar Tuhan, altar Nabi dan tempat untuk kebaktian.bangunan ketiga, Qi Fu Dian adalah kelenteng keberkahan, dimana di dalamnya terdapat altar untuk menghormati Para Suci (Spirit, Malaikat,Leluhur). Bangunan ini berbentuk bujung sangkar dengan luas 81 m2 ditopang delapan tiang.Pada atap bangunan terdapat simbol sepasang naga dan lambing agama konghucu.Di dalam kelenteng ini terdapat lilin-lilin yang berjajar serta buah –buah diletakkan dalam piring-piring yang berjajar serta altar untuk bersembahyang.
    Kelenteng Kong Miao dilengkapi ornamen pendukung antara lain: Xiang Lu (Hio Lo) atau tempat pembakaran hio, Pintu Gerbang sepasang Singa, Naga, Kilin, Patung 12 Shio, dan Kura-kura Kepala Naga terdapat di halaman.

    Pura Penataran Agung Kertabhumi


    Pura Penataran Agung Kertabhumi

    Pura Hindu Dharma Penataran Agung Kertabhumi adalah tempat peribadatan umat Hindu.Pura ini terletak di Anjungan Daerah Lampung, diapit oleh Gereja Kristen Protestan Haleluya dan Wihara Budha.Arsitektur pura ini mengambil model pura-pura Bali sedang bangunannya didasari oleh filsafat astha kosala kosali.
    Bengunan utama terdiri atas pintu gerbang utama Candi Bentar, Balai Gong dan Kul-Kul, Padu Rasa, dan Atlar tempat pemujaan (pad masana). Masing-masing bangunan memiliki fungsi terdiri : gerbang utama sebagai pintu masuk pada saat upacara besar ( yadnya), balai kul-kul untuk tempat kentongan, dan balai gong untuk pertunjukan kesenian.

    Gereja Kristen Protestan Haleluya


    Gereja Kristen Protestan Haleluya
    Gereja Kristen Protestan Haleluya terletak di antara bangunan Gereja Katholik Santa Chatarina dan Pura Hindu Dharma serta berhadapan dengan anjungan DKI.Gereja ini dibangun tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975.Bangunan utama meliputi ruang pastori, ruang ganti, ruang sound, dan ruang paling besar untuk jemaat. Disamping kanan depan, menyatu dengan bangunan gereja, terdapat menara setinggi 20 m2 yang pada puncaknya berornamen ayam jago, melambangkan kisah dari nats kitab injil, bahwa sebelum Yesus di salibkan akan terjadi penyangkalan Petrus – salah seorang murid Yesus – sebelum ayam berkokok ( menjelang fajar ) sebanyak tiga kali. Dimenara ini terdapat lonceng.
    Bangunan samping, yang pada awalnya dimaksudkan untuk rumah jaga, difungsikan sebagai ruang perpustakaan, aula, kantor, dapur, toilet, dan gerai cenderamata benda – benda rohani ( kolportase ). Selain untuk kegiatan bina iman anak-anak Sekolah Minggu dan anak – anak tingkat remaja, aula dan ruang perpustakaan juga digunakan sebagai ruang rapat.
    Arsitektur Gereja ini merupakan campuran gaya Barat tahun 1930-an. Dinding bagian luar terbuat dari keramik berwarna putih. Di atas altar menghadap ke umat terdapat lukisan perjamuan kudus.Jendela terbuat dari kaca berlukiskan bunga tulip dan salib.Atap langit-langit terbuat dari kayu agar ruangan berkesan sejuk.
    Sebagaimana halnya gereja di luar TMII, selain untuk kebaktian, Gereja Haleluya juga digunakan untuk pemberkatan pernikahan. Kegiatan lain yang bersifat keagamaan pun dilaksanakan disini, antara lain perayaan Paskah, Natal, dan kegiatan retret. Hari Minggu digunakan untuk ibadat jemaat GPIB, sedang hari sabtu oleh Jemaat Advent.

    Sasono Adiroso Pangeran Sambernyowo


    Sasono Adiroso Pangeran Sambernyowo

    sasana adirasa merupakan tempat ibadah kaum penghayat aliran kepercayaan dan kebatinan . Pangeran samber nyawa adalah tokoh bangsawan (priyayi) dari surakarta yang terkenal sangat sakti dan pandai mengatur siasat perang dan tidak mau bekerjasama dengan VOC . Terletak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Merupakan tempat bagi semua penganut kepercayaan dan agama untuk melakukan sarasehan, tukar pikiran, dan saling menghargai dalam hal menyangkut Ketuhanan Yang Maha Esa. Sasono artinya tempat, sedangkan adiroso artinya rasa sejati. Gedung ini juga tempat menyimpan buku-buku dan karya tulis yang berisi pelajaran budi pekerti kemanusiaan sebagai pengejawantahan Pancasila. Gedung Sasono Adiroso terdiri atas dua bangunan utama, yakni pendopo dan Gedung Pasucen. Pendopo untuk sarasehan, sedangkan Pasucen untuk menyucikan diri di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Pendopo besar yang beratap susun tiga mencerminkan tiga tingkatan Ilmu Ketuhanan, yaitu Ilmu Kanuragan, Ilmu Sangkan Paraning Dumadi, dan Ilmu Kasampurnaning Dumadi.

    Tiket Di Taman Mini Indonesia Indah 

    Tiket

    Tempat Wisata Harga (Rupiah)
    Pintu Masuk TMII Perorangan Normal (3 tahun keatas) Rp. 10.000,-
    Senin - Minggu Mobil Rp. 10.000,-
    Jam Operasional 07.00 - 22.00 WIB Bus/Truk Rp. 30.000,-

    Motor Rp. 6.000,-

    Sepeda Rp. 1.000,-
    Istana Anak-anak Indonesia Pintu Masuk Rp. 10.000,-
    Senin - Minggu Kereta Api Kelinci Rp. 10.000,-
    Jam Operasional 08.30 - 17.00 WIB Mandi Bola Rp. 5.000,-

    Kolam Renang Rp. 15.000,-

    Bumper Car Rp. 15.000,-

    Air Plane Rp. 10.000,-

    Monorail Rp. 10.000,-

    Komedi Putar Rp. 10.000,-

    Roda Tamasya Rp. 10.000,-

    Kiddy Boat Rp. 10.000,-

    Baterry Car Rp. 10.000,-

    Pesawat Capung Rp. 10.000,-

    Fancy Animal Rp. 10.000,-

    Giring Ombak Rp. 10.000,-
    SnowBay Water Park Senin s/d Kamis Rp. 140.000,-
    Jam Operasional 09.00 - 18.00 WIB Jumat s/d Minggu, Hari Libur Rp. 180.000,-
    Theater IMAX Keong Emas Umum / Biasa Rp. 35.000,-
    Senin - Minggu VIP / Balkon Rp. 75.000,-
    Jam Operasional 09.00 - 17.00 WIB Volcanoes of the Deep Sea

    Umum / Biasa Rp. 35.000,-

    VIP / Balkon Rp. 75.000,-

    Outbound - Harga terusan Rp. 65.000,-

    Green Skate Park Rp. 15.000,-

    Dunia Inline Skate (coba-coba) Rp. 60.000,-

    Manasik Haji, perorangan (minim. 500 orang) Rp. 65.000,-
    Teater 4 Dimensi Senin s/d Jumat Rp. 20.000,-
    Jam Operasional 09.00 - 17.00 WIB Sabtu-Minggu, Hari Libur Rp. 25.000,-
    Titihan Samirono/Aeromovel Senin-Jumat (09.00-16.30 WIB)
    Sabtu-Minggu (08.30-18.00 WIB)
    Rp. 30.000,-
    Kereta Gantung Senin-Jumat (09.00-16.30 WIB)
    Sabtu-Minggu (08.30-18.00 WIB)
    Rp. 40.000,-
    Taman Bunga Keong Emas Sedang di renovasi Rp. 10.000,-
    Dunia Air Tawar dan Dunia Serangga Senin-Minggu (08.30-18.00 WIB) Rp. 25.000,-
    Teater 4 Dimensi (DAT) Senin s/d Jum'at Rp. 15.000,-
    Teater 4 Dimensi (DAT) Sabtu s/d Minggu Rp. 20.000,-
    Taman Burung dan Taman Bekisar Senin-Minggu (08.00-17.00 WIB) Rp. 20.000,-
    Museum Indonesia Senin-Minggu (09.00-16.00 WIB) Rp. 15.000,-
    Museum Keprajuritan Indonesia Selasa-Minggu (08.00-16.00 WIB) Rp. 2.500,-
    Museum Prangko Indonesia Senin-Minggu (09.00-16.00 WIB) Rp. 5.000,-
    Museum Pusaka Senin-Minggu (08.00-16.00 WIB) Rp. 10.000,-
    Museum Transportasi
    Rp. 5.000,-
    Museum Listrik dan Energi Baru Selasa-Minggu (08.00-16.00 WIB) Rp. 10.000,-
    Museum Telekomunikasi Senin-Jum'at (09.00-16.00 WIB) Rp. 2.000,-
    Museum Olahraga Nasional Selasa-Minggu (09.00-15.30 WIB) Rp. 2.000,-
    Museum Asmat Senin-Minggu (09.00-16.00 WIB) Rp. 10.000,-
    Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptilia Senin-Minggu (09.00-16.00 WIB) Rp. 15.000,-
    Museum Timor-Timor Senin-Minggu (08.00-16.00 WIB) Rp. 5.000,-
    Pusat Peragaan IPTEK Senin-Sabtu (08.30-16.00 WIB)
    Minggu (09.00-16.00 WIB)
    Rp. 16.500,-
    Museum Minyak dan Gas Bumi (GAWITRA) Selasa-Minggu (08.30-16.00 WIB) Rp. 2.000,-
    Museum Penerangan
    Gratis,-
    Bayt AL-QUR'AN dan Museum Istiqlal Senin-Minggu (08.30-15.30 WIB)
    hub : 021-8416468
    Gratis
    Transportasi TMII Mobil Wisata Nusantara Rp. 10.000,-
    untuk 3x naik

    Carter Mobil Wisata (Suzuki Carry) Rp. 150.000,-/jam

    Carter Mobil Wisata (Isuzu VIP) Rp. 200.000,-/jam

    Carter Mobil Wisata (Micro Bus) Rp. 250.000,-/jam

    Carter Mobil Wisata (Suzuki Carry) Rp. 500.000,-/hari (8 jam)

    Carter Mobil Wisata (Isuzu VIP) Rp. 750.000,-/hari (8 jam)

    Carter Mobil Wisata (Micro Bus) Rp. 1.500.000,-/hari (8 jam)

    Carter Mobil Gandeng Rp. 1.500.000,-/hari (8 jam)
    Teater Tanah Airku 021-29378593 Hubungi kami
    Hotel Desa Wisata 021-8401138, 021-8401153 Hubungi kami
    Graha Wisata Remaja 021-8409289, 021-8400418 Hubungi kami
    Resto Puri Caping Gunung 021-8409445, 021-8409446 Hubungi kami
  Sumber
 http://www.tamanmini.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indah

No comments: