Surah Ar Rahman (Allah Yang Maha Pengasih)
Surah ke-55. 78 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-13: Ayat-ayat Allah begitu banyak; baik di langit, di bumi maupun pada penciptaan manusia.
الرَّحْمَنُ
(١) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢)خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
(٤) الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (٥) وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ
يَسْجُدَانِ (٦) وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ (٧) أَلا
تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ (٨) وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا
تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ (٩) وَالأرْضَ وَضَعَهَا لِلأنَامِ (١٠) فِيهَا
فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الأكْمَامِ (١١) وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ
وَالرَّيْحَانُ (١٢)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٣)
Terjemah Surat Ar Rahman Ayat 1-13
1. [1](Allah) yang Maha Pengasih,
2. Yang telah mengajarkan Al Qur’an[2].
3. Dia menciptakan manusia[3],
4. mengajarnya pandai berbicara[4].
5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan[5].
6. Dan tetumbuhan dan pepohonan[6], keduanya tunduk (kepada-Nya).
8. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu[9],
9. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu[10].
10. Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya)[11],
Ayat
14-25: Penciptaan jin dan manusia dan asal penciptaannya, dan beberapa
nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang dapat dirasakan di dunia.
خَلَقَ
الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ (١٤) وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ
مَارِجٍ مِنْ نَارٍ (١٥) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٦)
رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ (١٧) فَبِأَيِّ آلاءِ
رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٨) مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (١٩)
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لا يَبْغِيَانِ (٢٠) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا
تُكَذِّبَانِ (٢١) يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ (٢٢)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢٣) وَلَهُ الْجَوَارِ
الْمُنْشَآتُ فِي الْبَحْرِ كَالأعْلامِ (٢٤) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا
تُكَذِّبَانِ (٢٥)
Terjemah Surat Ar Rahman Ayat 14-25
16. [24]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
17. Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat[25].
18. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
19. Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,
20. di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing[26].
21. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
23. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
24. Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung[27].
25. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
[1]
Surah yang mulia ini dimulai dengan nama Allah Ar Rahman yang
menunjukkan luasnya rahmat-Nya, meratanya ihsan-Nya, banyaknya
kebaikan-Nya dan luasnya karunia-Nya. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa
Ta'aala menyebutkan sesuatu yang menunjukkan rahmat-Nya dan
atsar(pengaruh)nya yang Allah sampaikan kepada hamba-hamba-Nya berupa
nikmat-nikmat agama, dunia maupun akhirat, dan setelah itu Allah
Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan manusia dan jin yang mendapatkan
nikmat itu agar bersyukur kepada-Nya dengan firman-Nya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
[2]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan, bahwa Dia telah mengajarkan Al
Qur’an, yakni Dia telah mengajarkan lafaz dan maknanya serta
memudahkannya kepada hamba-hamba-Nya. Ini adalah nikmat dan rahmat yang
paling besar yang Allah limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, dimana Dia
menurunkan kepada mereka Al Qur’an berbahasa Arab dengan lafaz dan
keterangan yang paling baik yang mengandung semua kebaikan dan melarang
semua keburukan.
[3]
Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya;
sempurna anggota badannya dan tepat bagian-bagiannya (seperti meletakkan
mata di kepala tidak di anggota badan yang lain), Allah Subhaanahu wa
Ta'aala telah merapihkan dan menyempurnakannya serta membedakannya
dengan makhluk-makhluk yang lain, yaitu dengan mengajarkannya pandai
berbicara.
[4]
Al Bayaan artinya menerangkan, sehingga termasuk pula menerangkan
dengan lisan maupun tulisan. Al Bayaan yang Allah lebihkan manusia
dengannya termasuk nikmat yang besar yang diberikan kepadanya.
[5]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan matahari dan bulan dan
menundukkannya untuk beredar menurut perhitungan sebagai rahmat kepada
hamba-hamba-Nya dan perhatian-Nya kepada mereka dan agar maslahat mereka
dapat tegak dengannya, demikian juga agar mereka dapat mengetahui
perhitungan tahun.
[6] Ada yang menafsirkan ‘najm’ dengan tumbuhan yang tidak berbatang, sedangkan ‘syajar’
dengan tumbuhan yang memiliki batang. Ada pula yang menafsirkan najm di
sini dengan bintang, yakni bintang yang ada di langit dan pepohonan
yang ada di bumi mengenal Tuhannya, sujud, taat dan tunduk kepada-Nya.
Dia menundukkannya untuk maslahat dan manfaat hamba-hamba-Nya.
[7] Sebagai atap untuk makhluk-makhluk di bumi.
[8]
Yakni keadilan di antara hamba-hamba-Nya baik dalam ucapan maupun
perbuatan. Mizan (timbangan atau keseimbangan) di sini bukan hanya
sekedar timbangan saja, akan tetapi termasuk pula takaran yang dengannya
dapat diukur segala sesuatu, pengukur untuk mengukur sesuatu yang belum
jelas dan hakikat yang dengannya dipisahkan di antara makhluk serta
ditegakkan keadilan di antara mereka. Oleh karena itulah, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfirman di ayat selanjutnya, “Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu,”
[9]
Hal itu, karena jika Allah tidak menurunkan keseimbangan itu dan
menyerahkan perkara tersebut kepada akal dan pendapat mereka yang
terbatas, tentu akan terjadi kerusakan yang besar yang hanya diketahui
oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan tentu langit dan bumi akan hancur.
[10]
Yakni jangan kamu kurangi keseimbangan itu dan kamu kerjakan hal yang
bertentangan dengannya, yaitu zalim, aniaya dan melampaui batas.
[11]
Agar mereka dapat tinggal di atasnya, dapat mendirikan bangunan, dapat
menggarap tanahnya, bercocok tanam, membuat jalan, menggalinya,
memanfaatkan barang tambangnya dan segala yang perlu mereka lakukan.
[12] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan berbagai makanan pokok yang mereka sangat butuhkan.
[13] Yang dapat dinikmati oleh hamba, seperti buah anggur, buah tin, buah delima, buah apel, dan lain-lain.
[14]
Yakni yang mempunyai wadah yang terbelah dari tangkai-tangkai yang
keluar sedikit demi sedikit sehingga menjadi sempurna sehingga menjadi
makanan yang dimakan dan disimpan, dipakai bekal oleh musafir serta
sebagai makanan yang lezat bagi mereka.
[15] Seperti gandum, beras dsb.
[16] Bisa juga maksud ‘raihaan’ adalah semua rezeki yang dimakan manusia.
[17]
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sekian
nikmat-nikmat-Nya yang dapat dilihat oleh mata dan dipikirkan oleh hati,
maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mentaqrir mereka (membuat mereka (jin
dan manusia) mengakuinya) dengan firman-Nya di atas.
Sungguh
bagus jawaban jin ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan
kepada mereka surah ini, dimana Beliau tidak membacakan ayat, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” kecuali mereka mengatakan, “Tidak ada satu pun dari nikmat-nikmat Engkau wahai Tuhan kami yang kami dustakan. Maka untuk-Mulah segala puji.”
Demikianlah yang seharusnya dilakukan seorang hamba, yakni ketika
disebutkan kepada mereka nikmat-nikmat Allah, maka ia mengakuinya dan
mensyukurinya serta memuji Allah Ta’ala terhadapnya.
[18] Pertanyaan di sini adalah untuk mengokohkan.
[19]
Termasuk nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia
memperlihatkan kepada mereka atsar (pengaruh) dari qudrah(kekuasaan)-Nya
dan indahnya ciptaan-Nya.
[20] Bapak manusia yaitu Adam ‘alaihis salam.
[21] Yaitu tanah yang basah, yang dikokohkan sehingga menjadi kering dan berbunyi seperti suara tembikar yang dibakar di atas api.
[22] Bapak jin yaitu Iblis yang terlaknat.
[23]
Yakni kobaran api yang bersih. Hal ini menunjukkan keutamaan unsur
(bahan baku) manusia yang diciptakan dari tanah, dimana tanah dapat
dimanfaatkan, seperti dengan digarap dan ditanam tumbuh-tumbuhan.
Berbeda dengan api, yang keadaannya ringan, tidak tentu arah, buruk dan
merusak.
[24]
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan penciptaan manusia dan
jin serta bahan bakunya, dimana hal itu merupakan nikmat Allah
Subhaanahu wa Ta'aala kepada mereka, Allah Subhaanahu wa Ta'aala
berfirman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
[25] Maksudnya tempat terbit dan terbenam matahari di musim panas dan di musim dingin.
[26] Sehingga tidak bercampur. Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan
maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Dengan demikian maksud
ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya terpisah karena
dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah
dikehendaki (tidak diperlukan), maka pada akhirnya, tanah genting itu
dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), maka bertemulah dua lautan
itu, seperti terusan Suez dan terusan Panama.
Menurut
Syaikh As Sa’diy, maksud dua buah laut adalah; laut yang terasa tawar
dan laut yang terasa asin, keduanya bertemu bersama, sehingga laut yang
berair tawar mengena kepada laut yang berair asin sehingga keduanya
bercampur. Akan tetapi, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan di antara
keduanya ada batas pemisah dari daratan sehingga yang satu tidak dapat
dilampaui oleh masing-masing, namun tercapai manfaat dari keduanya. Dari
air yang tawar dapat dimanfaatkan dengan diminum oleh manusia dan hewan
serta digunakan menyirami tanaman, sedangkan dari air laut yang asin
ada udara menjadi sejuk, ikan, mutiara dan marjan. Demikian pula menjadi
tempat berlayar perahu dan kapal-kapal.
[27]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menundukkan kapal-kapal untuk
hamba-hamba-Nya sehingga kapal yang dibuat mereka itu dapat membelah
lautan dengan izin-Nya. Saking besarnya kapal itu, maka ia bagaikan
gunung yang besar, dimana manusia dapat menaikinya, mereka dapat membawa
barang-barang mereka ke atasnya serta yang mereka butuhkan lainnya
untuk dibawa ke atasnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang menjaga lagit
dan bumi telah menjaga kapal itu untuk mereka. Ini termasuk di antara
nikmat-nikmat Allah yang besar yang diberikan-Nya kepada mereka.
No comments:
Post a Comment