Tarian Asal Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun
temurun. Karena banyaknya suku yang mendiami Provinsi Sulawesi Tengah,
Penduduk yang tinggal di pantai bagian barat Kabupaten Donggala telah
bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan Masyarakat
Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi juga terdapat pengaruh kuat
Gorontalo dan Manado. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain
warisan zaman hindu. Pusat-pusat tenun terdapat di Donggala Kodi,
Watulampu, Palu, Tawaeli, dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang
merupakan teknik special yang bermotif Bali, India, dan Jepang masih
dapat ditemukan.
Masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan memiliki budaya tersendiri
yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Rumah tradisional
Sulawesi Tengah terbuat tiang dan dinding kayu yang memiliki atap
ilalang hanya memiliki satu tiang besar. Lobo atau duhunga merupakan
ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival upacara, sedangkan
Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, terdapat juga
lumbung padi yang disebut Gampiri.
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah sangat bervariasi antara daerah yang
satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrument seperti
suling, gong, dan gendang. Alat msik ini lebih berfungsi sebagai hiburan
dan bukan sebagai alat ritual keagamaan. Di wilayah suku Kaili sekitar
pantai barat music tradisional Waino ditampilkan ketika upacara
kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih
popular bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu
keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan
ditampilkan ketika festival. Jenis-jenis tarian yang berkembang di
provinsi Sulawesi Tengah antara lain :
Tari Balia
Tari Balia, Tari Balia merupakan sejenis tarian yang berkaitan dengan
kepercayaan animism, yaitu pemujaan terhadap benda keramat, khusunya
yang berhubungan dengan pengobatan tradisional terhadap seseorang yang
terkena pengaruh roh jahat. Pengertian Balia ialah tantang dia (Bali =
tantang, ia/iya = dia), yang artinya melawan setan yang telah membawa
penyakit dalam tubuh manusia. Balia dipandang sebagai prajurit kesehatan
yang mampu untuk memberantas atau menyembuhkan penyakit baik itu
penyakit berat maupun ringan melalui upacara tertentu. Masuk atau
tidaknya makhluk-makhluk tersebut ditentukan oleh irama pukulan gimba
(gendang), lalove (seruling) yang mengiringi jalannya upacara ini.
Karena itu, agar semua peserta balia bisa kesurupan maka irama gimba,
lalove dan gong itu harus berubah-ubah dan bersemangat hingga nantinya
peserta balia tersebut akan melakukan gerak-gerak tarian yang kasar,
cepat dan tak beraturan dalam kondisi kesurupan. Pemimpin upacara ini
ialah seorang dukun yang biasa disebut Tina Nu Balia yang berpakaian
seragam terdiri atas buya (sarung), siga (destar) dan halili (baju dari
kain kulit kayu), namun saat ini pemimpin upacara balia lebih sering
menggunakan baju model kebaya.
Dopalak
Dopalak. Dopalak ditarikan oleh 7 orang penari wanita, seorang
diantaranya berperan sebagai palima yaitu kepala penari. Keenam penari
lainnya disebut dayang-dayang. Tari Dopalak mengambarkan bagaiman
ketujuh orang tersbut dating membawa dulang, setelah itu palima maju
terlebih dahulu untuk menyelidiki tempat yang mengandung emas, kemudian
diikuti oleh yang lain. Kemudian mereka semua mulai mengambil pasir yang
bercampur emas, selanjutnya pekerjaan mendulang dimulai, menggunakan
selendang sebagai penyaring, emas yang diperoleh dimasukkan ke dalam
dulang selanjutnya mereka pulang. Iringan music tari Dopalak adalah
seperangkat kakula, pertunjukkan ini dilakukan kurang lebih 7 menit.
Tari Morego
Morego adalah sejenis tarian untuk menyambut kepulangan para pahlawan
dari medan perang dengan membawa kemenangan. Sebelum melakukan tarian
ini ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh para penari
diantaranya meminta restu kepada pemangku adat, setelah itu mencari
wanita pasangan menari yang belum menikah.
Tari Pajoge
Pajoge. Pajoge merupakan tarian yang berasal dari lingkungan istana dan
biasanya tari ini dipertunjukkan pada saat ada pesta pelantikan raja.
Tarian ini merupakan hasil pengaruh unsur kesenian dari kebudayaan yang
berkembang di Sulawesi Selatan. Para penarinya terdiri atas tujuh orang
penari wanita dan penari pria. Pajoge berfungsi sebagai tarian hiburan,
juga merupakan alat penghubung antara raja dan rakyat, untuk mendekatkan
hubungan agar rakyat tetap cinta kepada rajanya dan sebaliknya.
Tari Torompio
Torompio berarti “angin berputar”. Gerakan tarian yang dinamis dengan gerakan berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda cinta kasih, sehingga tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta kasih untuk semua kehidupan, seperti: cinta tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu) dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antarsesama remaja atau muda-mudi, sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi. Torompio dalam penampilannya sangat ditentukan oleh syair lagu pengiring yang dinyanyikan oleh penari dan pengiring tari.
Tarian ini dahulu ditarikan secara spontan oleh para remaja dengan jumlah yang tidak terbatas dan dipergelarkan di tempat terbuka, seperti halaman rumah atau tempat tertentu yang agak luas. Para penontonnya muda-mudi yang berdiri dan membentuk lingkaran, karena tari ini didominasi oleh komposisi lingkaran dan berbaris.
Torompio berarti “angin berputar”. Gerakan tarian yang dinamis dengan gerakan berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda cinta kasih, sehingga tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta kasih untuk semua kehidupan, seperti: cinta tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu) dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antarsesama remaja atau muda-mudi, sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi. Torompio dalam penampilannya sangat ditentukan oleh syair lagu pengiring yang dinyanyikan oleh penari dan pengiring tari.
Tarian ini dahulu ditarikan secara spontan oleh para remaja dengan jumlah yang tidak terbatas dan dipergelarkan di tempat terbuka, seperti halaman rumah atau tempat tertentu yang agak luas. Para penontonnya muda-mudi yang berdiri dan membentuk lingkaran, karena tari ini didominasi oleh komposisi lingkaran dan berbaris.
Tari Pontanu
Tari Pontanu. Pontanu berarti menenun, tari Pontanu menggambarkan
gadis-gadis Kaili yang sedang menenun kain sarung Donggala atau yang
lebih dikenal dengan Buye Sabe. Seperti yang kita tahu sarung Donggala
mempunyai motif warna yang indah diperkaya dengan sulaman benang emas
membuat sarung Donggala dikenal dimana-mana sebagai tenunan khas
Sulawesi Tengah, karena keindahannya pula hingga diabadikan dalam bentuk
tarian Pontanu.
Tari Pamonte
Pamonte artinya menuai padi, Tari Pamonte merupakan tari khas daerah
Sulawesi Tengah yang menggambarkan kegiatan para petani pada saat
musim panen tiba, mereka memetik dan menuai padi secara bergotong-royong. Pesta panen disebut dengan adat vunja yaitu tradisi masyarakat dalam mensyukuri keberhasilan panen. Dalam tarian ini terlihat jelas proses pengolahan padi menjadi beras. Mulai dari memetik, menumbuk, menapis. Gerak tari pamonte mengikuti syair lagu yang dinyanyikan. Layaknya seorang petani, mereka menggunakan topi caping dalam tarian. Pakaian Tari Pamonte biasanya terdiri dari kebaya berwarna Merah, dihiasi dengan benang emas, dan dilengkapi dengan kerudung warna merah.
musim panen tiba, mereka memetik dan menuai padi secara bergotong-royong. Pesta panen disebut dengan adat vunja yaitu tradisi masyarakat dalam mensyukuri keberhasilan panen. Dalam tarian ini terlihat jelas proses pengolahan padi menjadi beras. Mulai dari memetik, menumbuk, menapis. Gerak tari pamonte mengikuti syair lagu yang dinyanyikan. Layaknya seorang petani, mereka menggunakan topi caping dalam tarian. Pakaian Tari Pamonte biasanya terdiri dari kebaya berwarna Merah, dihiasi dengan benang emas, dan dilengkapi dengan kerudung warna merah.
Tari Baliore
Tari Baliore. Tari Baliore menggambarkan keindahan gadis-gadis provinsi
Sulawesi tengah yang bergembira saat panen tiba. Mereka menari-nari
dengan lincahnya. Hentakan ritmis tetabuhan, terutama gendang semakin
menambah dinamisnya tarian. Pakaian tari Baliore terdiri atas blus
lengan pendek berwarna hijau modifikasi baju poko’ yang dihiasi dengan
benang kuning. Pada bagian bawah menggunakan celana yang panjangnya 3/4
(bahasa Kaili: Puruka Pajana), berwarna hitam dihiasi benang emas.
Sebagai pelapis pinggul digunakan rok pendek (bahasa Kaili: Ro’mbuku)
berwarna merah dan kuning serta memakai ban pinggang (bahasa Kaili:
Pende) berwarna hitam yang bersulamkan benang emas. Adapun aksesorisnya
terdiri atas anting-anting panjang atau dali taroe tusuk konde atau
potosu unte, gelang atau ponto, gelang kaki atau vinti .
Tari Jepeng
Tari Jepeng. Tari Jepeng merupakan jenis tarian yang bernafaskan Islam.
Pada mulanya tari Jepeng hanya ditarikan oleh kaum dewasa secara
berpasangan, pada acara pesta perkawinan, khitanan, syukuran dan
sebagainya, namun seiring perkembangan jaman, tari ini mulai
dikreasikan, sehingga dapat dilakukan oleh kaum wanita dan pria secara
berpasangan. Tarian ini diiringi kesenian marawasi, bersama-sama dengan
alat kesenian lainnya seperti gambus, dan biola (viol)
Tari Pepoinaya
Tari Pepoinaya. Tari Pepoinaya merupakan tari pengucapan syukur atas
segala berkah dan karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam
kehidupan ini. Tari ini adalah pengembangan dari upacara adat Wurake
dari Kabupaten Poso.Tari Pepoinaya menggunakan busana daerah Kecamatan
Lore Selatan Kabupaten Poso yang disebut Baju Bada. Pakaian ini terdiri
dari blus lengan pendek sebatas siku (bahasa Bada : Kaeva) berwama merah
muda yang diaplikasi dengan pita warna-warni. Pada bagian bawah,
menggunakan rok bersusun dua (bahasa Bada : Wini) berwarna biru, yang
diaplikasi dengan Pita wama merah dan merah muda.
Tari Posisani
Tari Posisani. Posisani berarti perkenalan, tari ini merupakan tari
pergaulan yang menggambarkan kegembiraan mda-mudi saat pesta. Mereka
bergembira bersama sambil menari dan menyanyi. Para gadis menari dengan
memainkan kerincing. Di saat inilah mereka berkenalan antara satu dengan
yang lainnya, dan pada akhirnya mereka menemukan pasangan hidup.
Pakaian Tari Posisani sama dengan pakaian yang digunakan pada Tari
Jepeng, yaitu blus lengan panjang (bahasa Kaili : Baju Pasua) berwarna
merah jambu. Pada pergelangan tangan blus ini, diaplikasi dengan kain
warna biru yang bersulamkan benang emas sebagai pengganti gelang tangan.
Pakaian Tari Posisani ini mengunakan selempang (bahasan Kaili :
Nosampa) berwarna ungu dan putih yang dihiasi dengan picing/mote warna
kuning, bermotifkan taiganja.
Pada bagian bawah, memakai celana panjang sebatas mata kaki (Puruka ndate) berwarna merah jambu. Pada pergelangan kaki celana ini diaplikasi dengan kain berwarna biru yang dihiasi dengan picing/mote warna kuning bermotifkan taiganja, sebagai pengganti gelang kaki. Selain celana panjang, juga memakai rok warna biru yang dihiasi picing/mote warna kuning bermotifkan taiganja dan benang emas. Rok ini dilengkapi dengan ban pinggang warna hitam, bersulamkan benang emas.
Pada bagian bawah, memakai celana panjang sebatas mata kaki (Puruka ndate) berwarna merah jambu. Pada pergelangan kaki celana ini diaplikasi dengan kain berwarna biru yang dihiasi dengan picing/mote warna kuning bermotifkan taiganja, sebagai pengganti gelang kaki. Selain celana panjang, juga memakai rok warna biru yang dihiasi picing/mote warna kuning bermotifkan taiganja dan benang emas. Rok ini dilengkapi dengan ban pinggang warna hitam, bersulamkan benang emas.
Tari Anitu
Anitu. Anitu berarti halus, tari ini dikenal di daerah Kulawi dan Palu
Kabupaten Donggala. Tari Anitu ditarikan oleh 6 orang wanita. Formasi
pokok dalam tarian tersebut adalah membentuk dua deretan ke belakang,
yaitu tiga di kiri dan tiga di kanan serta membentuk satu dertan
berjajar dngan setiap penari meletakkan tangan dibahu penari yang ada di
sebelahnya. Gerak-gerak tangan yang digunakan adalah membuka dan
menutup telapak tangan, gerak-gerak tangan seperti menumbuk, dan
mengayunkan kedua tangan sambil memgang ujng selendang.
Tari Dero
Tari Dero, Dero atau Modero adalah tari persahabatan yang biasa dilakukan banyak orang dengan formasi melingkar. Tari Dero dikenal masyarakat Poso-Morowali, Sulawesi Tengah sebagai tarian perdamaian. Peserta tari tersebut saling berpegangan tangan yang menandakan rasa persatuan dan persahabatan, meskipun sebelumnya belum saling mengenal. Tarian ini biasanya diiringi organ tunggal dengan dua orang penyanyi.
Tari Dero menjadi sarana persahabatan sekaligus perdamaian, saat menari Dero setiap orang bebas masuk ke dalam lingkaran dan langsung menggandeng tangan orang disebelahnya, tidak ada yang pernah menolak penggandengan tangan itu karena Dero memang ajang untuk bergembira dan mencari sahabat tanpa peduli apa agamannya. Tarian Dero bukan tarian leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama Pendudukan Jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II. Saat ini tari dero telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih popular bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian.
Tari Dero, Dero atau Modero adalah tari persahabatan yang biasa dilakukan banyak orang dengan formasi melingkar. Tari Dero dikenal masyarakat Poso-Morowali, Sulawesi Tengah sebagai tarian perdamaian. Peserta tari tersebut saling berpegangan tangan yang menandakan rasa persatuan dan persahabatan, meskipun sebelumnya belum saling mengenal. Tarian ini biasanya diiringi organ tunggal dengan dua orang penyanyi.
Tari Dero menjadi sarana persahabatan sekaligus perdamaian, saat menari Dero setiap orang bebas masuk ke dalam lingkaran dan langsung menggandeng tangan orang disebelahnya, tidak ada yang pernah menolak penggandengan tangan itu karena Dero memang ajang untuk bergembira dan mencari sahabat tanpa peduli apa agamannya. Tarian Dero bukan tarian leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama Pendudukan Jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II. Saat ini tari dero telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih popular bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian.
No comments:
Post a Comment